Ketika Para Filsuf Beradu Skill di Panggung Got Talents, Konsep Segar Buku “Filsafat Punya Bakat” karya Henry Manampiring

Ketika Para Filsuf Beradu Skill di Panggung Got Talents, Konsep Segar Buku “Filsafat Punya Bakat” karya Henry Manampiring

Kamu mungkin pernah nonton ajang pencarian bakat yang diadakan sama stasiun televisi. Biasanya tuh bakat yang mereka tampilkan nggak jauh-jauh dari bernyanyi, dance, sulap, menggambar pasir, atau kreativitas lainnya. 🎶

Tapi bakal gimana ya jadinya kalau yang dihadirkan di panggung pencarian bakat itu bukan penyanyi, dancer, atau pun magician, tapi… para filsuf!? Menarik banget nggak sih?! Yup, kamu nggak salah baca, Grameds.

Bayangin deh, Socrates buka acara dengan argumen kritis dan tampil gemilang dengan pertanyaan yang membombardir, Descartes tampil sambil meyakinkan juri bahwa “aku berpikir maka aku ada”, sementara Nietzsche mungkin datang dengan energi penuh api dan teriakan “Tuhan sudah mati!” 🤯

Seru? Pastinya. Absurd? Ya, slightly. Tapi justru di situlah letak keseruannya.

Nah, konsep seunik itu beneran diwujudkan Henry Manampiring lewat buku terbarunya yang berjudul Filsafat Punya Bakat.

Dalam buku terbarunya, Henry bawain konsep yang persis banget kayak Indonesia’s Got Talent, tapi yang diekspos adalah topik-topik terkait filsafat.

Hmm, bikin penasaran banget nggak sih, Grameds? Kira-kira situasi panggungnya bakal beneran kayak ajang pencarian bakat atau malah debat calon presiden ya? 🤔

Yuk, deh, daripada penasaran terus, mendingan langsung aja kita bahas sekilas tentang bukunya dalam Artikel ini! ✊


Sekilas Tentang Filsafat Punya Bakat

Coba bayangin kalau Socrates, Plato, Aristoteles, Ibn Rushd, Descartes, sampai Machiavelli naik satu per satu ke atas panggung reality show pencarian bakat. Masing-masing tampil dengan gaya khasnya, berusaha meyakinkan juri dan penonton bahwa filsafat merekalah yang paling penting buat kehidupan manusia modern! Gokil nggak sih, kebayang serunya kalau mereka mulai adu argumen di depan kamera?

Lewat karya ini, Henry nggak cuma ngebayangin para filsuf hidup lagi di masa kini, tapi juga menghadirkan mereka dalam suasana kompetisi yang kocak, reflektif, dan penuh renungan. Ada 12 pemikir besar yang tampil bersaing di panggung ini, dengan panel juri yang nggak kalah seru; kritis, jenaka, dan kadang nyeletuk nggak terduga. Semua disajikan dengan gaya ringan dan humor khas penulis. Bikin topik filsafat yang berat, jadi terasa mengalir dan menghibur.

So.. pemirsa, dari penulis best-seller Filosofi Teras, mari sambutlah: Filsafat Punya Bakat! 🎆

filsafatSambut di Sini!


Topik Filsafat, Dikemas Ringan

Bagi banyak orang, filsafat sering terasa seperti labirin kata-kata. Tapi di tangan Henry Manampiring, konsep rumit bisa berubah jadi bacaan ringan dan relatable. Ia paham gimana caranya bikin pembaca awam ikut mikir tanpa merasa digurui, seolah kamu lagi ngobrol santai tapi tetap "ngena".

Format talent show jadi senjata utamanya. Tiap filsuf, tampil seperti kontestan yang bercerita lewat gaya khasnya: Descartes dengan logika, Sartre dengan kebebasan, Nietzsche dengan provokasinya. Semuanya jadi hidup lewat narasi yang dikemas jenaka. Saking asyiknya; kamu bakal lupa kalau lagi baca buku soal filsafat.

Dan di balik candaannya, Henry menyisipkan pesan hangat, kalau berpikir itu juga ternyata bentuk seni. Setiap orang punya bakat untuk merenung, mencari arti, dan menemukan kebijaksanaan versi dirinya sendiri.

Filsafat, ternyata, bukan cuma milik ruang akademik aja, tapi juga bisa dimiliki oleh siapa pun yang tertantang untuk memahami hidup.


Baca juga: Lebih Dekat dengan George Orwell: Penulis, Aktivis, dan Sorot Mata Visioner yang Mengubah Cara Kita Melihat Dunia!


Dari Penulis Filosofi Teras

Henry Manampiring adalah penulis dua mega bestseller, The Alpha Girl’s Guide (2016) dan Filosofi Teras (2018), yang namanya sudah akrab di dunia literasi Indonesia. Lewat kedua buku itu, Henry berhasil menggabungkan wawasan psikologi, filsafat, dan realita sosial dengan gaya bahasa yang ringan dan relevan untuk pembaca masa kini.

Selain dua karya populernya tersebut, ia juga menulis beberapa buku lain yang tak kalah menarik, seperti Belajar Marketing Belajar Hidup (2012) dan The Compass (2014), yang menyoroti bagaimana prinsip-prinsip berpikir strategis bisa diterapkan dalam karier dan kehidupan sehari-hari.

Sebelum memutuskan untuk menulis secara penuh waktu, Henry memiliki karier panjang di dunia pemasaran dan periklanan. Selama lebih dari 25 tahun, ia berkecimpung di berbagai posisi strategis di industri tersebut—pengalaman yang kemudian banyak mewarnai cara pandangnya terhadap manusia, perilaku, dan makna kehidupan modern. Kini, selain menulis, Henry juga memperdalam ilmunya di bidang filsafat dengan menempuh pendidikan Pascasarjana di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta, menunjukkan bahwa semangat belajarnya tak pernah padam.

Di luar dunia akademis dan penulisan, Henry aktif berbagi pemikiran reflektif serta obrolan ringan soal kehidupan melalui media sosialnya di Instagram dan Threads dengan akun @hmanampiring, tempat ia kerap berdialog santai dengan para pembacanya.

Filsafat Punya Bakat (2024) menjadi buku kesebelasnya, sekaligus menjadi karya yang kembali memperlihatkan kemampuannya meramu filsafat menjadi sesuatu yang dekat, hidup, dan membumi.


Udah Siap buat Ngikutin Adu Bakat Para Filsuf?

Yuk, saksikan keseruannya lewat karya besutan Henry Manampiring, Filsafat Punya Bakat! ✨

Pre-Order-nya sekarang lagi berlangsung di Gramedia, dan kamu berkesempatan dapetin buku bertanda tangan langsung dari Penulis plus bonus sticker set eksklusif buat setiap pembelian.

Jangan sampai ketinggalan! Promo ini hanya berlangsung selama 23 September - 15 Oktober 2025 aja!

kumpulanDapatkan Koleksinya di Sini!


Bacaan Ringan Seputar Filsafat 📚

kalau kamu, mau cari bacaan yang disajikan dengan cara yang ringan, Gramin udah sediain daftarnya di bawah ini:

1. Sufi Stand-Up Filosofi – Rif'an Anwar

filsafatDapatkan di Sini!

Kalau biasanya filsafat dibahas dengan nada serius, Rif’an Anwar justru ngajak kita naik panggung stand-up! Lewat Sufi Stand-Up Filosofi, dia menelusuri sisi ganjil dan kocak dari sejarah pemikiran manusia. Tapi jangan salah sangka, buku ini tuh hadir bukan buat menertawakan para filsuf, melainkan buat ngeliat mereka dari sisi yang lebih manusiawi.

Setiap kisahnya penuh campuran antara catatan sejarah dan bumbu humor yang cerdas. Ada yang beneran terjadi, ada juga yang terlalu lucu buat nggak ditulis.

Buku ini cocok banget buat kamu yang pengen belajar filsafat sambil senyum-senyum sendiri, karena mikir juga ternyata bisa seasyik nontonin comic lagi pada open mic!


2. Dunia Sophie – Jostein Gaarder

filsafatDapatkan di Sini!

Pernah ngebayangin belajar sejarah filsafat lewat kisah misteri? Nah, Dunia Sophie adalah jawabannya! Novel ini nyeritain tentang Sophie, gadis 14 tahun yang tiba-tiba dapet surat misterius berisi pertanyaan: "Siapa kamu?” dan “Dari manakah datangnya dunia?” Dari situ, hidup Sophie berubah jadi petualangan filosofis yang penuh kejutan.

Jostein Gaarder berhasil merangkum perjalanan pemikiran manusia—dari Yunani Kuno sampai zaman modern—dalam sebuah novel fantasi yang renyah untuk terus ditelusuri. Kamu bakal ketemu Plato, Descartes, dan Nietzsche, tapi dengan gaya bercerita yang bikin betah dan nggak bikin sakit kepala.

Meski tebalnya 800 halaman, buku ini justru nagih karena bikin kamu sadar. Mungkin, selama ini kita juga kayak Sophie, terlalu sibuk hidup sampai lupa nanya: kenapa kita hidup?


3. Filosofi Teras – Henry Manampiring

filsafatDapatkan di Sini!

Kalau kamu lagi stres, overthinking, atau capek sama drama hidup, Filosofi Teras bisa jadi pelarian paling menenangkan. Henry Manampiring ngenalin filsafat Stoisisme, sebuah ajaran kuno yang ngajarin kita buat fokus sama hal yang bisa dikontrol, dan legowo sama yang nggak bisa. Tapi jangan takut duluan, karena gaya bahasanya super ringan dan dekat banget sama realita anak muda zaman sekarang.

Henry menulis dari pengalaman pribadinya menghadapi depresi, jadi setiap halaman terasa jujur dan relevan. Kamu bakal diajak ngelihat kalau ketenangan nggak melulu soal pasrah, melainkan tahu kapan harus melepaskan.

Nggak heran kalau buku ini jadi mega best seller dan dinobatkan sebagai Book of the Year di Indonesia International Book Fair 2019. Filosofi Teras adalah bukti kalau ngatur pikiran itu bisa dipelajari dengan cara yang luwes.


4. Pengantar Filsafat untuk Pemula – Tika Yulianti

filsafatDapatkan di Sini!

Pernah bengong sambil ngopi lalu tiba-tiba mikir, Kenapa sih hidup tuh kayak gini? Kalau iya, berarti kamu udah punya bakat jadi filsuf, Grameds! Nah, Buku Pengantar Filsafat untuk Pemula ini bisa jadi pintu masuk paling santai buat kamu yang baru pengen belajar berpikir lebih dalam.

Tika Yulianti nyajiin konsep-konsep besar dari Socrates sampai Nietzsche dengan bahasa yang ringan, nggak bikin dahi berkerut. Setiap babnya ngajarin kamu gimana cara berpikir kritis biar nggak gampang ketipu teori aneh atau janji manis yang kosong.

Membaca buku ini rasanya kayak ngobrol sama teman pinter tapi santai. Ada tawa, tapi juga ada momen yang bikin kamu mikir ulang soal hidup.


5. Sejarah Filsafat Dunia Timur dan Barat – William Turner

filsafatDapatkan di Sini!

Buku ini berisi sejarah perkembangan filsafat dari era kuno hingga modern, mulai Babilonia, Assyria, Tiongkok, Eropa, Amerika, hingga kontemporer. Penjabaran dari masing-masing era di dalamnya sangat mendetail disertai penjelasan mengenai pemikiran-pemikiran yang berkembang saat itu, dari Confusius, Vyasa, Plato, Descartes, Kant, hingga tokoh-tokoh sekarang. Selain perkembangan dari pemikiran tiap masa, terdapat juga perlawanan-perlawanan terhadap aliran-aliran yang berkembang disertai penjelasannya. Pro dan kontra yang muncul pada tiap masa terus berkembang sehingga menjadi semacam puzzle yang saling melengkapi.

Selain sebagai pegangan bagi kaum akademisi karena lengkap dan detail, buku ini juga bisa dinikmati oleh kalangan umum karena bahasa yang disajikan mudah untuk dicerna. Keragaman pemikiran yang ada dalam buku ini akan menambah wawasan pembacanya sehingga bisa mengetahui tentang sejarah perkembangan filsafat yang telah terjadi di dunia hingga saat ini.

William Turner juga menjelaskan berbagai pemikiran tersebut dari sudut pandang netral. Tidak ada pembelaan atau pengurangan dalam setiap pemikiran yang ditampilkan, sehingga keotentikan pemikiran yang ada pada masing-masing aliran sangat terjaga dalam buku ini. Akhir kata, selamat menyelami dunia filsafat lewat rentetan panjang dalam buku ini.

kumpulanBaca Artikel Lainnya di Sini!


Siapa sangka, kalau panggung pencarian bakat bisa berubah jadi arena adu logika dan ide-ide brilian dari para filsuf legendaris? Henry Manampiring berhasil ngeracik suasana itu jadi bacaan yang ringan, tapi tetap bikin rasa penasaranmu kenyang. 😁

Melalui gaya penceritaan yang ringan dan penuh humor, buku ini ngajak pembaca buat berpikir tanpa merasa digurui. Setiap halaman berasa seperti obrolan santai yang pelan-pelan membuka sudut pandang baru tentang hidup dan cara kita memahami dunia.

Jadi gimana nih Grameds, kira-kira kalau konsep itu beneran diadakan, kamu bakal kirim SMS buat siapa nantinya? 🤔


Baca juga: September Hitam: Kenapa Perlu Kita Ingat, Bukan Kita Lupakan?


✨ Jangan lewatkan penawaran spesial lainnya dari Gramedia hanya untuk kamu! Cek promonya di bawah ini agar belanja kamu jadi lebih hemat! ⤵️

kumpulanTemukan Semua Promo Spesial di Sini!


Enter your email below to join our newsletter