Joko Pinurbo: Menulis itu Intinya Menabung

“Bila ingin menjadi penulis dan berjuang di dalam dunia literasi, satu hal yang harus Anda miliki adalah kesabaran dan ketekunan untuk menabung.” Belum apa-apa, petuah untuk menjadi penulis itu sudah disampaikan oleh Joko Pinurbo di awal acara.

Penyair yang kemudian dikenal dengan sapaan Jokpin itu menjadi pembicara dalam acara Festival Literasi 2019 yang diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu) bekerja sama dengan Gramedia Digital Nusantara pada Senin (30/9) lalu. Acara bincang buku dimoderatori oleh pengarang Elegi Dewi Kharisma Michellia.

Berkelakar, Jokpin menyetujui Kemenkeu menyelanggarakan acara literasi karena masih berhubungan dengan “menabung”. “Menurut saya, memang tepat sekali kalau Kementerian Keuangan menyelenggarakan program literasi karena itu sangat berkaitan dengan dunia tulis-menulis,” ujarnya.

Maksud Jokpin tentang menabung adalah mengumpulkan ide dan gagasan serta inspirasi yang menjadi bahan bakar untuk menulis. Pekerjaan sehari-sehari yang inti bagi seorang penulis adalah menabung karena menulis hanya dilakukan pada momen-momen tertentu. Pada saat itulah, penulis mulai membuka tabungannya dan merangkaikan kata-kata untuk dituliskan.

Cara terbaik untuk menabung adalah dengan membaca banyak-banyak. Hal tersebut benar adanya karena dengan membaca, seseorang akan mendapatkan tidak hanya pengetahuan dan wawasan tetapi juga ide dan inspirasi.

Baca juga:

Menabung untuk Srimenanti

Novel "Srimenanti" karya Joko Pinurbo (Gramedia.com/M. Fachrio Alhadar)

Jokpin pun harus menunggu lebih dari 30 tahun untuk menerbitkan karya pertamanya. Ia mengaku sudah tertarik pada sastra saat masuk SMA—tepatnya di umur 15 tahun. Sejak saat itu, ia pun mulai menulis puisi. Namun, karena merasa tidak layak, ratusan puisi yang sudah diciptakannya malah dibakar olehnya sendiri.

“Baru pada tahun 1999, saya buka tabungan saya dan ternyata saya merasa layak untuk diterbitkan,” ujar Jokpin menceritakan buku kumpulan puisi pertamanya yang berjudul Celana yang sudah dicetak ulang pada 2018 lalu.

Menabung juga dilakukannya pada novel Srimenanti yang diterbitkannya pada April 2019 lalu. Dalam acara yang mengambil tempat di Gedung Dhanapala, kompleks Kemenkeu itu, Jokpin mengatakan bahwa intisari dari Srimenanti sudah ditabung sejak tahun 2002-2003. Kala itu, ia menulis sebuah puisi dengan judul "Laki-Laki Tanpa Celana" yang merupakan respons atas puisi "Pada Suatu Pagi Hari" karya Sapardi Djoko Damono.

Jokpin kemudian mengembangkan puisi "Laki-Laki Tanpa Celana" menjadi cerpen yang dikirimkan ke Harian Kompas dan dipublikasikan. Setelah menjadi cerpen, ia mengembangkannya lagi menjadi novel yang kini diterbitkan dengan judul Srimenanti. “Novel itu sendiri merupakan eksplorasi terhadap puisi Sapardi Djoko Damono,” ujar Jokpin.

Srimenanti karya Joko Pinurbo bercerita tentang seorang perempuan yang mengalami trauma sejarah dalam hidupnya. Tertarik dengan novelnya? Baca review buku Srimenanti karya Joko Pinurbo di sini.