Film Pangku jadi Langkah Baru Reza Rahadian di Dunia Perfilman, Tunggu Tanggal Mainnya di Bioskop Segera!

Reza lagi, Reza lagi, Reza lagi. Tapi kali ini beda!

Kalau biasanya kita sibuk menebak karakter unik apa lagi yang bakal dimainkan Reza Rahadian, kali ini kamu bakal dibuat kaget. Soalnya, di film Pangku (2025), nama Reza nggak akan muncul dalam deretan cast aktor film! Ia justru duduk di balik layar, sebagai sutradara. 🎯🎥

Film ini jadi momen penting buat Reza. Setelah bertahun-tahun dikenal sebagai aktor serba bisa, kini ia unjuk gigi di dunia penyutradaraan. Dan sesuai gayanya yang perfeksionis, Reza nggak main-main. Film debutnya ini punya cerita yang dalam, visual kuat, dan makna yang bakal bikin kamu merenungi isian filmnya.

Mengangkat tradisi kopi pangku khas Pantura, film ini menyelami fenomena sosial yang menarik sekaligus kompleks. Dari sana, Reza menenun kisah tentang budaya, perjuangan perempuan, cinta, dan cara manusia bertahan hidup di tengah realita yang nggak selalu ramah. 👫

Penasaran akan seperti apa filmnya nanti? Yuk, kita bahas sama-sama sekilas tentang filmnya! 🚀


Sinopsis Pangku

Tokoh utama film ini adalah Sartika, seorang perempuan yang meninggalkan kampung halamannya demi mengejar hidup yang lebih baik untuk anaknya. Di tengah kehamilannya, ia tiba di kawasan Pantura dengan harapan baru, tapi nasib justru membawanya ke jalan yang tak mudah. Dalam perjuangannya mencari penghidupan, Sartika bertemu Bu Maya, pemilik kedai kopi pangku yang tampak menolong, namun menyimpan niat terselubung.

Perlahan, Sartika terjebak dalam sistem yang mengekang, di mana ia harus bekerja tanpa kebebasan yang diimpikannya. Tapi di tengah tekanan itu, hadir Hadi, seorang sopir truk yang menjadi pelanggan tetap dan membawa secercah harapan. Kehadirannya memantik kembali sisi kemanusiaan yang hampir padam dalam diri Sartika.

Bangkit dan berjalan di atas kakinya sendiri untuk melalui titik terendah tanpa pilihan. Akankah Sartika menemukan kebahagiaannya sendiri?


Debut Reza Rahardian Sebagai Sutradara

sumber: ANTARA

Sebagai aktor, Reza Rahadian sudah membuktikan kemampuannya lewat berbagai karakter dengan kedalaman emosional luar biasa. Tapi di kursi sutradara, tantangannya jelas berbeda.

Di balik layar, ia nggak cuma harus mengandalkan insting aktingnya aja, tapi juga harus mengatur ritme cerita, emosi, hingga visual yang selaras dengan pesan yang ingin disampaikan.

Dalam Pangku, Reza nggak cuma menyoroti kehidupan di Pantura, tapi juga kompleksitas hubungan manusia dengan dunianya. Ia menyingkap sisi-sisi yang jarang dibicarakan. Perihal bagaimana perempuan bertahan, bagaimana cinta tumbuh di tempat yang tak terduga, dan bagaimana hidup sering memaksa seseorang memilih antara harga diri dan kebutuhan.

Menariknya, Reza mengaku bahwa pengalaman sebagai sutradara membuatnya belajar ulang tentang seni bercerita. Katanya, mengarahkan orang lain ternyata sama intensnya dengan berakting; bedanya, kali ini ia menuntun kisah yang lebih besar dari dirinya sendiri.


Baca juga: Pecah di Jakarta World Cinema 2025! Deretan Film Ini Bikin Penonton Nggak Mau Keluar Bioskop 🎬


Dwi Makna Pangku

Judul Pangku punya dua makna yang saling bertaut. Selain merujuk pada tradisi kopi pangku di Pantura, kata ini juga jadi simbol yang mewakili kehidupan, dalam artian: memeluk, melindungi, tapi sekaligus bisa membatasi kebebasan.

Lewat simbol ini, Reza ingin mengajak penonton memahami bahwa perjuangan perempuan seringkali terjadi di ruang-ruang kecil dan sunyi. Pangku hadir sebagai refleksi tentang bertahan hidup, cinta, dan arti pengorbanan yang sesungguhnya.


Persembahan Reza untuk Sang Ibunda

Bagi Reza Rahadian, Pangku bukan sekadar film debut. Lebih dari itu, film ini adalah bentuk penghormatan untuk sang ibunda, Pratiwi Widantini Matulessy.

Dalam berbagai wawancara, Reza sering menyebut sang ibu sebagai sosok kuat yang membentuk dirinya menjadi seperti sekarang. Maka tak heran, Pangku ia sebut sebagai “surat cinta” untuk sang ibu.

“Ketika akan merilis film pertama, saya ingin sesuatu yang punya keterikatan batin dan emosional. Film ini saya persembahkan untuk ibu saya, wanita tangguh dan kuat,” ujar Reza.

Kisah perjuangan Sartika dalam film ini pun menjadi refleksi dari kekuatan seorang ibu dalam kehidupan nyata. Melalui film ini pula, Reza ingin memberikan inspirasi dan pesan kepada penonton mengenai makna perjuangan dan cinta seorang ibu kepada anaknya.

Baca Artikel Lainnya di Sini!


Belum Tayang di Layar Lebar, Sudah Meraih Penghargaan Internasional!

Langkah perdana Reza di balik kamera langsung membuahkan hasil gemilang. Pangku meraih penghargaan di HAF Goes to Cannes Program dalam ajang Hong Kong–Asia Film Financing Forum (HAF23).

Tak berhenti di situ, film ini juga memenangkan White Light Post-Production Awards di JAFF Market 2024. Capaian ini membuktikan kualitas produksinya yang diakui secara global.

Prestasi itu makin istimewa karena Pangku terpilih menjadi salah satu dari lima proyek yang akan tayang di Festival Film Cannes 2025. Sebuah pencapaian luar biasa bagi film debut dan langkah perdana seorang sutradara baru di industri film nasional.


Daftar Pemain

Film yang menandai debut Reza ini turut diperkuat oleh deretan aktor-aktor ternama Indonesia:

Claresta Taufan sebagai Sartika

Fedi Nuril sebagai Hadi

Christine Hakim sebagai Maya

Shakeel Aisy sebagai Bayu

Devano Danendra sebagai Gilang


Deretan Buku Rasa Pangku

Kalau kamu suka film yang menyentuh sisi kemanusiaan dan perjuangan perempuan seperti Pangku, deretan buku ini bisa jadi teman bacaan yang pas buat kamu:

1. Amba – Laksmi Pamuntjak

Dapatkan di Sini!

Tahun 2006: Amba pergi ke Pulau Buru. Ia mencari orang yang dikasihinya, yang memberinya seorang anak di luar nikah. Laki-laki itu Bhisma, dokter lulusan Leipzig, Jerman Timur, yang hilang karena ditangkap pemerintah Orde Baru dan dibuang ke Pulau Buru. Ketika kamp tahanan politik itu dibubarkan dan para tapol dipulangkan, Bhisma tetap tak kembali.

Novel berlatar sejarah ini mengisahkan cinta dan hidup Amba, anak seorang guru di sebuah kota kecil Jawa Tengah. “Aku dibesarkan di Kadipura. Aku tumbuh dalam keluarga pembaca kitab-kitab tua.” Tapi ia meninggalkan kotanya. Di Kediri ia bertemu Bhisma. Percintaan mereka terputus dengan tiba-tiba di sekitar Peristiwa G30S di Yogyakarta. Dalam sebuah serbuan, Bhisma hilang selama-lamanya. Baru di Pulau Buru, Amba tahu kenapa Bhisma tak kembali.


2. Korpus Uterus – Sasti Gotama

Dapatkan di Sini!

Tak ada yang lebih diinginkan Luh selain kembali ke rahim. Sebagai anak hasil pemerkosaan yang berulang kali berusaha digugurkan, Luh merasa dunia fana ini begitu kejam. Tak ada kasih sayang dari ibunya. Dia dipelihara bagai hewan ternak yang cukup diberi makan tiga kali sehari. Pengabaian sang ibu membuat Luh lari dari rumah.

Dalam bentang hidupnya, dia bertemu perempuan-perempuan dengan kehamilan tak diinginkan. Hal itu mendorong Luh kelak menjadi ahli aborsi yang lihai. Baginya, aborsi adalah jalan agar janin yang tak diharapkan tidak menemui kenestapaan, dan agar para perempuan memiliki otonomi atas pilihan. Luh pikir, hidup demikian akan memberinya kedamaian. Bukankah dia akhirnya dapat menolong janin-janin agar tak menderita seperti dirinya?

Namun, niat baik itu kini membuatnya diburu bahaya. Bersama sebentuk rahim dalam stoples yang dia bawa, Luh berkelana sembari mempertanyakan kembali makna rahim sesungguhnya.


3. The Tenant of Wildfell Hall – Anne Bronte

Dapatkan di Sini!

Melalui tokoh Helen Graham yang berani memberontak dan pergi dari kungkungan pernikahan yang menyesakkan, Anne Brontë menyoroti isu pernikahan abusif, hak perempuan, dan kebebasan moral—tema-tema yang tabu di Inggris abad ke-19 dan jauh melampaui zamannya.

The Tenant of Wildfell Hall adalah novel kedua Anne yang dianggap kontroversial dan bahkan vulgar oleh beberapa kritikus, termasuk kakak sang penulis, Charlotte Brontë, karena mendobrak batas norma zamannya. Namun dalam perjalanannya, The Tenant of Wildfell Hall menjadi salah satu karya yang mengedepankan independensi perempuan dalam sastra Inggris awal, menjadikannya tak lekang oleh zaman.


4. Good Wives -- Louisa May Alcott

Dapatkan di Sini!

Gadis-gadis March—Meg, Jo, Beth, dan Amy, kini telah dewasa. Ayah mereka, Mr. March, telah pulang dengan selamat dari medan perang. Begitu pula John Brooke, kekasih Meg. Jo yang tomboy sedang belajar untuk menjadi lebih anggun. Beth semakin ramping dan pendiam, dan matanya yang indah itu selalu menyorotkan kebaikan. Sedangkan Amy, pada usia enam belas tahun, memiliki pembawaan seperti wanita dewasa.

Keempat gadis March, dengan didampingi ibu mereka yang bijak, akan menemukan cinta mereka masing-masing dan menyambut masa depan.


5. Lebih Senyap dari Bisikan -- Andina Dwifatma

Dapatkan di Sini!

Amara dan Baron menikah tanpa restu ibu Amara karena menikah beda agama. Setelah 8 tahun menanti kehamilan dengan penuh perjuangan, akhirnya Amara bisa hamil dan melahirkan anaknya. Amara melahirkan dengan normal, meski begitu perjuangannya sangat berat saat menjadi ibu muda.

Tapi, perjuangan Amara dan Baron untuk jadi orang tua dan pasangan yang ideal ternyata tidak mudah. Banyak rintangan yang menghadang mereka. Amara merasakan kelelahan yang saat menjadi ibu bagi anaknya, Yuki. Amara harus berjuang memompa asi eksklusif setiap hari selama berbulan-bulan karena harus membagi waktu dengan pekerjaannya.

Aneka usaha untuk hamil nyatanya telah mereka lakukan, dari yang normal hingga ekstrem. Namun, persoalan tidak selesai tatkala Amara hamil dan melahirkan. Ada yang tidak ditulis di buku panduan menjadi orangtua, ada yang tidak pernah disampaikan di utas Program Hamil.


Lewat Pangku,

Reza Rahadian membuktikan bahwa karya bisa lahir dari ruang paling pribadi, dari cinta seorang anak kepada ibunya, juga dari penghargaan pada hidup yang nggak selalu mudah.

Film ini tak cuma jadi kisah perjuangan perempuan, tapi juga menyingkap potret kemanusiaan yang sederhana: menanggung, melindungi, dan mencintai. Selain jadi surat cinta dari Reza untuk Ibunya, ini juga bisa jadi hal yang sama untuk siapa pun yang pernah berjuang dari hati.

Nah, buat kamu yang sudah nggak sabar ingin menyaksikan karya debut Reza Rahadian di layar lebar! Pangku tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai 6 November 2025.

Siapkan hati, karena film ini bakal menyentuh lebih dalam dari yang kamu bayangkan. 💛


Baca juga: Steve: Antara Sekolah, Tekanan, dan Manusia yang Hampir Meledak


✨ Oya, jangan lupa juga buat dapetin penawaran spesial lainnya dari Gramedia! Cek promonya di bawah ini agar belanja kamu jadi lebih hemat! ⤵️

Temukan Semua Promo Spesial di Sini!