5 Fakta Perjuangan Pramoedya Ananta Toer Kala Menulis Bumi Manusia

5 Fakta Perjuangan Pramoedya Ananta Toer Kala Menulis Bumi Manusia

Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca merupakan empat buku terangkum dalam tetralogi Pulau Buru. Buku-buku tersebut karya dari penulis besar Pramoedya Ananta Toer, dan sempat kembali menjadi best seller dalam setahun terakhir.

Pasalnya, Bumi Manusia diadaptasi ke layar lebar dan akan tayang pada 2019 ini. Karena itu, banyak generasi milenial yang penasaran dengan cerita dalam buku Bumi Manusia.

Namun apa kalian tahu perjuangan seorang Pram saat menuliskan naskahnya ini? Berikut kami rangkum fakta-fakta menarik perjuangan Pramoedya Ananta Toer kala menulis naskah Bumi Manusia.

1. Diasingkan di Pulau Buru

Pada 1965, Pram harus diasingkan ke Pulau Buru dengan tuduhan terlibat gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI). 14 tahun ia harus merelakan hari-harinya dilewati dari balik jeruji. Namun di tempat inilah karya besar itu lahir.

Dimulai dengan menceritakan kembali kisah hidupnya sampai ia harus diasingkan di Pulau Buru. Tetralogi Pulau Buru pun hadir di titik terberat kehidupan seorang Pramoedya Ananta Toer.

2. Lahir dari Kertas Semen dan Tinta Arang

Pram mendekam di Pulau Buru hampir satu setengah dekade lamanya. Terisolasi di sebuah gubuk reot seorang diri. Sampai akhirnya lewat bantuan seorang kawan dari Surabaya, Oei Hiem Hwie, ia pun mulai menulis.

Dengan tekadnya untuk menceritakan sebuah perjalanan kebenaran, ia mulai menyeduh arang menjadi tinta, dan menggunakan kertas bekas semen untuk media tulisnya.

Semula naskahnya sempat terciduk oleh para penjaga dan dibakar. Untuk menghindari kejadian serupa, ia mengubur naskah Bumi Manusia hingga berakhir masanya di balik jeruji.

3. Ikut Berjuang untuk Indonesia

Sesungguhnya Pram adalah sosok pahlawan Indonesia yang memerjuangkan keadilan, kebenaran, cinta, juga hak asasi, ketika Indonesia berada di bawah kaki Belanda.

Di tangan Minke, tokoh nyata yang dikisahkan oleh Pram dalam Bumi Manusia, paradigma bahwa pribumi harus menyembah Belanda dipatahkan. Minke berhasil memerjuangkan dan Pram berhasil menyingkapnya.

4. Mendapat Kecaman dari Berbagai Penjuru

Tidak ada hidup yang mudah, dan tidak pernah ada perjuangan yang begitu santai. Naskah Bumi Manusia pun demikian.

Pada 1981 silam, Bumi Manusia mendapat kecaman dari berbagai penjuru karena dianggap sebagai propaganda ajaran Marxisme dan Komunisme.

5. Kesuksesan yang Ditutupi

Beberapa karya Pram kerapkali diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia. Pencapaiannya ini bahkan membawanya kepada banyak penghargaan internasional.

Pada tahun 1995, Pramoedya berkesempatan mendapatkan Anugerah Magsaysay dan di tahun-tahun setelahnya, Pram kerap masuk dalam nominasi anugerah nobel di bidang sastra.

Selain itu, penghargaan The PEN/Barbara Goldsmith Freedom to Write Award, Fukuoka Culture Grand Price, dan The Norwegian Authours Union juga pernah diraih Pram.


Hingga kini, Pram dengan kepiawaiannya dalam dunia menulis telah menjadi inspirasi para penulis di Indonesia.

Namun sayang, segudang prestasi ini hanya membuatnya diposisikan sebagai seorang sastrawan dan novelis semata. Sejatinya lebih dari itu, Pramoedya adalah seorang sejarawan.

Dapatkan novel Bumi Manusia hanya di Gramedia.


BUMIMANUSIA


Meutia Ersa Anindita

Meutia Ersa Anindita

Content Writer for Gramedia.com

Enter your email below to join our newsletter