Eksplorasi Rasa Penuh Komedi Gelap, ‘Tinggal Meninggal’ Siap Bikin Ketawa... atau Nangis?!

Kamu mungkin pernah mengalami kejadian yang membuat kamu berandai-andai, sambil bikin skenario aneh di kepalamu. Terkadang, momennya justru terlalu lucu, sampai kamu kelepasan dan timbul kesan kalau kamu lagi ngomong sendiri.
Bayangin, kalau suatu hari ada temen kamu yang liat perangai aneh kamu itu dan langsung manggil kamu dengan sebutan Camen, alias Calon Menteri, eh maksudnya... kamu dianggap gak normal.
Karena label itu pula, kamu jadi merasa dan bertanya-tanya, hadeekh gue nih siapa sih? ngapain sih gue di dunia ini? emang iya, anggota keluarga gue mesti meninggal dulu, baru mereka mau temenan ama gue? 🤦♀️
Lewat film perdananya berjudul Tinggal Meninggal, Sang Sutradara, Kristo Immanuel berusaha mengeksplorasi sekumpulan pertanyaan yang lebih sering lesap ke dalam, daripada lepas keluar itu. Menariknya lagi, film dengan sebutan TingNing ini akan dikemas dengan nuansa komedi yang kental. Whoaa~
Kira-kira nanti filmnya bakal lebih bikin HAHAHA atau huhuhu yaa Grameds? yuk, cari tau dulu beberapa fakta menariknya di sini! 🤗
Tinggal Meninggal, Cerita Tentang Apa?

Film ini mengisahkan tentang anak laki-laki bernama Gema yang diperankan oleh Omara Esteghlal. Ia tumbuh dengan perasaan kesepian karena kurangnya perhatian dari keluarganya yang broken home, tak dekat dengan orang tua serta tidak memiliki teman dari kecil.
Gema yang merasa dirinya aneh, kikuk, dan terasing memiliki kehidupan yang mengenaskan di dunia kerja. Ia pun memiliki kebiasaan untuk berbicara dengan dirinya sendiri dari masa kecil.
Hingga suatu hari ia mendapatkan banyak perhatian dari teman-teman kantornya ketika ayahnya meninggal dunia. Ia merasakan banyak hal baru yang belum pernah ia alami sebelumnya. Kebahagiaan itu membuatnya berpikir keras untuk menciptakan momen kesedihan lainnya supaya perhatian dari orang sekitarnya tak menghilang.
Momen sedih apa lagi yang akan dijual Gema ke teman-temannya? tunggu filmnya tayang di bioskop ya~ 😉
Fakta Menarik Soal Tinggal Meninggal
Nah, karena filmnya belum tayang, jadi Gramin belum bisa kasih review-nya buat kamu nih. Jadi, fakta menariknya dulu aja kali ya! Ini dia sajiannya~
1. Debut Kristo, Tampilkan Kesan yang Dekat
Film yang menandai debut sutradara Kristo Immanuel ini diambil dari keresahannya ketika kecil. Kristo menyebutkan bahwa ia pernah mengalami kebingungan untuk bereaksi terhadap momen sedih yang ia alami.
2. Angkat Isu Kesehatan Mental
Sebagai sutradara sekaligus penulis naskah, Kristo mengungkapkan bahwa film ini mengusung tema tentang kesehatan mental yang menjadi perhatian masyarakat saat ini—banyak orang yang dipaksa dewasa oleh keadaan karena mengalami peristiwa sedih dalam kehidupan mereka.
3. Punya Pesan Sosial, Cenderung Dekat Dengan Zaman
Kalo kata Omara, film ini bakal penuh banget dengan mesej sosial, nih. Film ini juga jadi sarana menyuarakan hal yang punya kesan janggal kalo diobrolin. Lantaran topiknya itu biasanya cuma jadi kegelisahan yang tertelan dan yaudah aja—dianggap tak penting dan lekas dipadamkan.
4. Dibintangi Nama-nama Familiar
Selain Omara, film ini akan dibintangi oleh Nirina Zubir, Mawar de Jongh, Muhadkly Acho, hingga Ardit Erwanda. Sekumpulan nama yang tentu sudah familiar di layar sinema Indonesia.
Nggak cuma akting, Mawar juga turut menyanyikan soundtrack film berjudul Tinggal, hasil kerja sama Trinity Optima Production.
5. Trailer yang Kocak
Meskipun temanya punya kesan yang so hard, ahh deep banget. Lewat trailernya kamu bisa liat kalo elemen kocaknya juga nggak kalah tebal. Ini bakal jadi sajian menarik banget buat kamu yang butuh tontonan segar.
Baca juga: Panggil Aku Ayah: Adaptasi Film Korea yang Siap Mengoyak Hati!
Rasanya Kayak Tinggal Meninggal? Coba Baca Ini!
Ini dia kumpulan buku yang punya rasa sekarat mirip banget kayak Film Tinggal Meninggal. Let’s Cekidot~ 3️⃣2️⃣1️⃣🚀
1. Hidup Ini Brengsek dan Aku Dipaksa Menikmatinya – Puthut E.A
Novel Ini adalah karya kolaborasi antara penulis Puthut EA dan seniman jalanan Gindring Wasted yang kasar, bahkan cenderung brutal dan gelap. Tokoh utamanya menguliti realitas dengan cara pandangnya yang sepintas naif dan tolol. Tapi mungkin dia, si tokoh utama, adalah sisi gelap kita. Sisi yang diam-diam ingin kita tutupi, tapi tak pernah sungguh sungguh bisa kita sembunyikan. Tanpa ditanya, kadang meletup di salah satu bilik paling sunyi di kehidupan kita.
Buku ini terdiri dari tiga belas chapter dan dimulai dengan cerita dari tokoh aku yang mengalami kesialan bahkan sebelum ia lahir. Tokoh aku lahir di atas becak dan ayahnya meninggal saat sedang mengayuh pedal becak itu. Aku kemudian lanjut bernarasi dengan bahasa sederhana dan kasar tentang betapa brengsek hidupnya.
Buku ini adalah realitas yang dibangun di dalamnya dan gaya penulis bercerita seolah menyuarakan pemikiran negatif tersembunyi milik sebagian besar orang yang sudah muak dengan ketidakpastian masa depan. Mungkin slogan 'berbahaya tapi patut dibaca' cukup untuk merangkum penilaian atas buku ini. Pembaca akan dibuat terkaget kaget bahkan tertawa dengan gaya bercerita yang naif juga frontal dari tokoh aku.
2. Dengarlah Nyanyian Angin – Haruki Murakami
Dengarlah Nyanyian Angin bercerita tentang anak-anak muda dalam arus perbenturan nilai-nilai tradisional dan modern di Jepang tahun 1960-1970-an. Dengan ringan, Haruki Murakami berhasil menggambarkan sosok kaum muda Jepang yang antikemapanan dan tak memilki bayangan ideal tentang masa depan. Novel pertama Murakami ini memenangi Gunzo Literary Award tahun 1979.
Novel ini memang mengisahkan tokoh “aku” yang berusia kurang lebih 21 tahun. Novel tersebut menceritakan tokoh aku yang pada saat itu sedang menjalani liburan musim panjang di Jepang. Sekalipun kisah yang tokoh aku ceritakan seringkali terkesan dangkal, naif, dan penuh glorifikasi akan mantan kekasihnya. Namun, kisah yang paling terakhir begitu menarik dan membuat para pembacanya tidak habis pikir.
Ia juga mengisahkan tentang sahabatnya yang bernama Nezumi, berarti tikus. Hubungannya sendiri cukup dekat dengan orang tersebut. Diceritakan bahwa Nezumi ini anak orang kaya, tapi ia selalu mengeluhkan tentang kehidupannya. Mungkin terasa aneh, karena Nezumi sendiri seringkali menuliskan cerita yang di dalamnya tidak menampilkan adegan ranjang ataupun orang mati.
3. The Bell Jar – Sylvia Plath
Esther Greenwood, seorang mahasiswa berprestasi, mendapat kesempatan magang di sebuah majalah ternama di New York City. Meskipun memiliki segalanya di atas kertas, ia merasa terasing dan tidak bahagia. Ia merasa terjebak dalam ekspektasi sosial yang membatasi, terutama sebagai seorang wanita muda di era itu.
Esther merasa muak dengan norma-norma masyarakat yang menuntutnya untuk menjadi wanita yang sempurna, menikah, dan memiliki anak. Ia juga mengalami kekecewaan dengan pacarnya, Buddy Willard, yang berselingkuh dan memiliki standar ganda terkait seksualitas. Semua ini memperburuk depresi yang dialaminya.
Setelah mencoba bunuh diri beberapa kali, Esther dirawat di rumah sakit jiwa. Di sana, ia berjuang untuk sembuh, berteman dengan wanita lain bernama Joan, dan menjalani berbagai jenis terapi. Meskipun ada kemajuan, ia juga mengalami kemunduran, termasuk kematian Joan karena bunuh diri.
4. Metamorfosis – Franz Kafka
Kata metamorfosis mungkin bukan hal yang asing lagi di telinga kamu. Seperti seekor kupu-kupu yang berproses dari pupa hingga menjadi kupu-kupu yang sangat cantik. Jangan salah, manusia juga bisa lho bermetamorfosis. Tetapi lebih tepatnya berproses dalam menjalankan kehidupan.
Dalam buku ini, Gregor Samsa merupakan seorang penjual keliling yang menjajakan sampel kain tekstil. Dia mempunyai kehidupan yang serba sulit setelah mendapati dirinya berubah menjadi seekor kecoak besar yang mengerikan. Dia harus terpaksa berhenti bekerja untuk keluarganya setelah melihat kondisi tubuhnya yang tidak memungkinkan. Banyak sekali tuduhan hingga ancaman palsu yang dilayangkan kepadanya setelah bermetamorfosis.
Dalam menjalani hidupnya, Gregor mendapatkan beragam masalah, seperti harus terancam putus dari pekerjaannya hingga kondisi keuangan keluarganya yang semakin menipis. Selama itu, Gregor hanya menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam kamar, berbaring tanpa daya karena ukuran tubuhnya yang lebar dengan kaki-kakinya yang kurus.
5. Seratus Tahun Kesunyian – Gabriel Garcia Marquez
Seratus Tahun Kesunyian adalah novel karya Gabriel García Márquez yang menceritakan kisah keluarga Buendía selama tujuh generasi di kota fiksi Macondo. Novel ini mengeksplorasi tema-tema seperti kesendirian, siklus waktu, cinta, perang, dan mitos, serta sejarah Amerika Latin, khususnya Kolombia.
Kisah dimulai ketika José Arcadio Buendía dan Úrsula Iguarán, yang merupakan sepupu, memutuskan untuk menikah meskipun ditentang oleh keluarga mereka. Mereka meninggalkan desa mereka dan memulai perjalanan panjang untuk mencari tempat tinggal baru, yang pada akhirnya membawa mereka ke Macondo, sebuah kota yang mereka dirikan.
Di Macondo, keluarga Buendía mengalami berbagai peristiwa, mulai dari kemakmuran hingga kehancuran, termasuk perang saudara, wabah insomnia, dan kutukan yang membuat mereka terperangkap dalam seratus tahun kesunyian.
Wal Akhir…
Film Tinggal meninggal ini merupakan sebuah tragedi komedi dengan konsep komedi getir. Lewat trailer yang udah dirilis, kamu bisa lihat kejadian-kejadian absurd dan nyeleneh, termasuk dialog satir yang terdengar miris, tapi dibuat lucu.
Katanya sih, film ini bakal jadi sajian yang reflektif banget buat kamu tonton sendiri. Akan tetapi bakal jadi “bahan obrolan” menarik kalau kamu tonton rame-rame bareng teman tongkrongan kamu.
“Karena biasanya ada orang di sekitar kita yang mirip dengan karakter-karakter di filmnya. Jadi pasti bakalan bikin tunjuk-tunjukan.” begitu alasannya, kalo kata Omara.
Kira-kira bakalan seheboh apa ya filmnya? Tungguin Tinggal Meninggal tayang di bioskop pas tanggal 14 Agustus 2025 nanti ya, Grameds!
Baca juga: Siap-Siap Baper! Film Romcom Terbaru Sofia Carson ‘My Oxford Year’ Tayang Weekend Ini!
✨ Oya, jangan lupakan juga penawaran spesial lainnya dari Gramedia hanya untuk kamu! Cek promonya di bawah ini agar belanja kamu jadi lebih hemat! ⤵️