Crying in H Mart: Menguras Air Mata Sekaligus Bikin Lapar!

Setelah kemunculannya di tahun 2021, Crying in H Mart karya Michelle Zauner menuai banyak perhatian pembaca dari seluruh dunia!!🤩

Kisah Michelle tentang kehidupannya sebagai seorang Korean-American yang ditinggal oleh ibunya begitu menyayat hati dan mengharukan. Namun, tidak hanya tentang dukanya, Michelle juga mengisahkan perjalanannya menemukan jati diri sebagai seorang mixed race, yang melibatkan banyak makanan Korea dalam perjalanannya!😳👏

Penerbit Gramedia Pustaka Utama menerbitkan versi terjemahan bahasa Indonesia dari buku Crying in H Mart pada bulan Maret 2023 lalu. Memoar dengan cover ciamik yang menampilkan siluet huruf H dan mi yang sedang disumpit ini terlihat menawarkan sebuah kisah yang menarik.👊

Kabar baik untuk kamu yang ingin membaca buku ini, Crying in H Mart ditawarkan dengan potongan harga 20% oleh Penerbit GPU ekslusif di Gramedia.com, mulai dari tanggal 14 sampai 20 April 2023!🤭💛

Supaya kamu makin yakin untuk beli buku ini, simak dulu ulasan Crying in H Mart berikut ini, ya!👇

Review Crying in H Mart

Sesuai judulnya, buku ini dibuka dengan adegan Michelle menangis di H Mart. H Mart adalah supermarket khusus bahan-bahan masakan Korea di Amerika🤤

Beli di Sini!

Huruf 'H' pada H Mart mewakili kata han ah reum dalam bahasa Korea, yang jika diterjemahkan secara harfiah artinya menjadi 'sepelukan belanjaan'. Michelle meratapi kepergian sang ibu yang dirasa terlalu cepat😔. Ia merasa terputus dari budaya Korea dengan perginya sang ibu. Kepada siapa lagi ia akan bertanya bahan mana yang tepat untuk suatu masakan jika bukan pada ibunya?

Adegan pembuka ini saja berhasil membuat pembaca meneteskan air mata. Tulisan Michelle yang tulus dan jujur membuat suasana ini terasa dekat dengan pembaca. Michelle kemudian akan menuturkan kisahnya mulai dari ia kecil hingga ia dewasa. Lewat kisah ini, pembaca akan diajak menyelami hubungan sang ibu dan Michelle. Banyak sifat sang ibu yang mungkin bisa disebut sebagai karakter khas orang tua Asia yang akan relate dengan pembaca Indonesia.🤫

Michelle Zauner dengan ibunya. (Sumber: The Washington Post)

Michelle tumbuh sebagai seorang remaja yang merasa tidak punya tempat yang pasti di antara dua kebudayaan yang menjadi identitasnya. Ketika remaja, ia tumbuh jadi gadis pembangkang demi mencari jati dirinya😱. Ia memutuskan untuk fokus pada musik, karena ia merasa musik adalah passion yang harus ia kejar. Namun, hal tersebut juga menjadikannya jauh dari orang tua, terutama ibunya.😔

Ketika Michelle mendapat kabar bahwa ibunya divonis mengidap kanker stadium akhir, Michelle merasa dunianya runtuh. Ia adalah orang terakhir yang dikabari, karena ibunya tak ingin ia merasa khawatir atau cemas. Bahkan, kekasih Michelle sudah mengetahui kabar tersebut lebih dulu. Ibu Michelle berkata dengan tegas, selain karena ia tak ingin putri semata wayangnya itu bersedih, ia juga tak ingin Michelle pulang ke rumah karena takut akan memancing pertengkaran di antara keduanya.

Merasa sedih dan takut kehilangan sang ibu, Michelle memutuskan untuk memfokuskan segala hal pada kesembuhan sang ibu. Ia pulang ke rumah, mendedikasikan seluruh waktunya untuk mengurus sang ibu yang sudah mulai menurun kondisi fisiknya💪

Hari-hari Michelle mengurus ibunya sama sekali tidak mudah. Ada banyak hal yang membuatnya sedih, marah, dan frustasi. Ia harus berjuang demi kesembuhan ibunya selagi menghadapi ayahnya yang pesimis, teman ibunya yang membuatnya merasa tidak berguna, dan juga kecemasan melihat kondisi ibunya yang memburuk.

Lewat kisahnya yang sangat personal, Michelle menggambarkan bagaimana makanan-makanan Korea membuatnya dekat dengan sang ibu🥹. Ia menyebutkan beragam makanan khas Korea dalam bukunya, seperti kimchi, jajangmyeon, tteokbokki, dan masih banyak lagi.

via GIPHY

Michelle mendeskripsikan makanan-makanan ini dengan detail, sampai mampu membuat kamu ngiler.🤤 Michelle selalu mengingat makanan sebagai cara ibunya mengekspresikan cintanya, dan kini melalui makanan juga ia menyalurkan perasaan dukanya. Ia menonton tutorial masak makanan Korea dengan rajin dan mencoba satu per satu resepnya, sambil berusaha mengingat setiap rasa yang ia kenal baik dari makanan yang dulu ibunya buatkan untuknya.

Kenapa Kamu Harus Baca Crying in H Mart?

Tidak hanya membahas tentang cara Michelle berjuang melalui duka, buku ini juga menceritakan hubungan antara ibu dan anak yang meski tidak selamanya mulus namun terikat erat dengan kasih sayang.💝 Kamu bisa menjadikan kisah Michelle dan ibunya sebagai pengingat untuk menjadi lebih dekat dengan orang tua kamu. Selain itu, sikap Michelle yang langsung bertindak selaku caretaker sang ibu ketika ibunya sakit juga perlu diteladani oleh kita semua selaku pembaca.🥹

Michelle juga menceritakan bagaimana ia meraih mimpinya dalam dunia musik, yang awalnya sering mengalami kemacetan. Pada akhirnya, ia berhasil memulai debut dengan bandnya, Japanese Breakfast, dan menuai kesuksesan. Hal ini dapat kamu teladani agar tetap semangat dalam mengejar mimpi kamu dan tidak mudah menyerah jika kamu sudah meyakini mimpi tersebut.

Michelle bersama suaminya, Peter, dalam band Japanese Breakfast. (Sumber: tuko.co.ke)

Budaya Korea yang banyak disebut Michelle dalam buku ini juga dapat kamu jadikan informasi yang berguna. Tidak hanya makanan, Michelle banyak menyebutkan budaya-budaya lain dalam keseharian masyarakat Korea, terutama yang berhubungan dengan keluarga. Bagi kamu yang senang dengan budaya Korea, tentunya buku ini akan jadi sangat menarik untuk kamu baca.

Tanpa berlama-lama lagi, yuk buruan check out buku Crying in H Mart sekarang juga! Klik banner di bawah ini untuk mendapatkan harga terbaik ya, Grameds. Selamat berbelanja dan selamat membaca!🤓📚🛒

Beli Sekarang!