Caught Stealing: Ketika Titipan Kucing Berujung Kekacauan Besar di Film Terbaru Darren Aronofsky!
Hidupmu awalnya berjalan biasa saja. Hari ini tampak seperti kemarin; esok seperti hari ini—tapi itu bukanlah sebuah masalah bagimu. Sampai suatu hari, seorang teman menitipkan seekor kucing miliknya, lantaran ia hendak pulang kampung.
Tak lama, gangster Rusia datang ke tempatmu, kemudian seorang kartel dari Amerika Latin, kemudian detektif kepolisian juga mampir untuk menginterogasi. Dari situ, hidup yang awalnya biasa saja; kini terasa penuh lika-liku dan bikin ragam pertanyaan ikut tersebar di penjuru ruanganmu.
Itulah premis yang diangkat Darren Aronofsky dalam film terbarunya berjudul Caught Stealing yang akan segera tayang di bioskop Indonesia!
Kira-kira apa yang akan seperti Aronofsky mengemasnya? Yuk, kita bahas dalam artikel ini! 🎬🐈
Darren Aronofsky dan Filmografinya!
Nama Darren Aronofsky sudah lama dikenal lewat gaya penyutradaraan yang unik, gelap, dan sering bikin penontonnya bingung sekaligus terpukau. Ia bukan tipe sutradara yang memberikan jawaban secara gamblang; melainkan membuat penonton ikut terseret dalam kegilaan karakternya.
Dari Pi (1998) yang jadi debut surealisnya, Requiem for a Dream (2000) yang intens dan brutal soal candu, The Fountain (2006) yang penuh renungan eksistensial, hingga Black Swan (2010) yang menyingkap sisi psikologis terdalam manusia.
Kemudian ada Noah (2014) yang megah dan simbolik, serta Mother! (2017) yang membuat penonton mempertanyakan batas antara alegori dan kegilaan. Terakhir, The Whale (2022) menjadi karya penuh luka batin tentang penebusan dan kasih sayang. Semua filmnya selalu punya satu benang merah, pencarian makna di tengah kekacauan batin manusia.
Nah, Caught Stealing sepertinya bakal jadi lanjutan tradisi itu. Dengan nuansa neo-noir yang lebih ringan, tapi tetap menohok di akhir.
Baca juga: Ketika Upaya Awet Muda Justru Jadi Petaka, Abadi Nan Jaya Segera Rilis di Netflix Indonesia!
Sinopsis Caught Stealing
“He was just supposed to watch the cat. Now he's running for his f**king life!”
Hank Thompson dulunya adalah pemain baseball berbakat di masa SMA. Tapi setelah cedera membuatnya tak bisa bermain lagi, ia mencoba hidup sederhana. Ia menjadi bartender di sebuah bar kecil di New York, punya pacar, dan sesekali menonton tim favoritnya yang sedang berada di puncak musim terbaik.
Sampai suatu hari, tetangganya yang berjiwa punk, Russ, meminta tolong untuk menjaga kucingnya sebentar saja. Dari situ, hidup Hank berubah jadi kekacauan yang tak terbayangkan. Dalam sekejap, ia jadi buruan gangster Rusia, kartel Amerika Latin, bahkan polisi. Semua menginginkan sesuatu darinya, sesuatu yang bahkan tak ia pahami.
Dalam pelarian yang penuh absurditas dan bahaya, Hank harus menggunakan semua insting dan keberanian yang tersisa untuk bertahan hidup dan menemukan alasan di balik kekacauan ini. 🎥
Sajian Ketegangan yang Dar, Der, Dor!
Caught Stealing bergerak dengan ritme yang liar dan intens, seperti napas kota New York yang tak pernah berhenti berdetak. Aronofsky membawa penonton ke dunia yang kotor, gelap, dan penuh karakter nyeleneh. Sebuah lanskap urban yang berisik, kumuh, dan berbahaya, tapi entah bagaimana terasa hidup. Setiap jalanan, setiap lampu yang berkedip, setiap langkah kaki yang bergema di lorong sempit; semuanya membentuk atmosfer yang menegangkan sekaligus memikat.
Ketegangan dalam film ini nyaris tidak memberi ruang untuk bernapas. Bukan hanya karena aksi dan ledakan, tapi karena setiap keputusan kecil bisa memicu rentetan kekacauan yang tak terbayangkan. Dari bar murahan yang diselimuti asap rokok hingga gang sempit yang menyimpan bahaya di setiap bayangan, setiap lokasi terasa seperti bagian dari permainan besar yang terus berputar tanpa henti. Detailnya begitu kuat sampai kamu merasa ikut terseret dalam pusaran yang sama dengan sang tokoh utama.
Di tengah hiruk-pikuk dan bahaya itu, Aronofsky menanamkan absurditas yang terasa manusiawi. Ada ruang bagi kegetiran, kesepian, dan humor tipis yang muncul di saat paling tidak tepat---momen-momen kecil yang justru memperlihatkan sisi rapuh manusia di tengah kekacauan. Ketegangan dibangun bukan semata lewat aksi, tapi lewat emosi yang mengintai dari balik setiap tatapan dan keputusan.
Caught Stealing menemukan ritmenya di antara dua kutub yang bertabrakan, kekacauan dan keheningan, rasa takut dan rasa ingin tahu. Semua elemen itu berpadu membentuk pengalaman menonton yang intens dan menghantui. Film ini membuat kamu terus waspada, tapi juga terus ingin tahu sampai di mana batas dari semua kegilaan ini.
Daftar Pemain
Berikut inilah daftar cast yang saling melengkapi, menyajikan ketegangan dan adrenalin dalam film Caught Stealing!
Austin Butler sebagai Hank Thompson, mantan atlet baseball yang terjebak dalam pusaran kejahatan karena seekor kucing.
Zoë Kravitz sebagai Kelly, kekasih Hank yang berusaha membantu meski perlahan ikut terseret ke dalam kekacauan.
Matt Smith sebagai Russ, tetangga punk yang menitipkan kucing misterius itu.
Regina King sebagai Detective Vargas, penyelidik yang mencurigai Hank menyembunyikan sesuatu lebih besar dari yang terlihat.
Liev Schreiber sebagai Ivan Morozov, bos gangster Rusia yang kejam dan penuh teka-teki.
Vincent D'Onofrio sebagai Detective O’Malley, polisi veteran yang terjebak antara hukum dan dunia kriminal.
Griffin Dunne sebagai Mr. Barlow, pemilik bar tempat Hank bekerja—tokoh abu-abu yang tahu lebih banyak dari yang ia tunjukkan.
Action Bronson sebagai Lenny, anggota geng eksentrik dengan selera humor sarkastik.
Nikita Kukushkin sebagai Yuri, tangan kanan Ivan yang bertugas memburu Hank.
Yuri Kolokolnikov sebagai Petrov, eksekutor dingin dengan masa lalu misterius.
Buku dengan Aroma Caught Stealing!
Kalau tertarik menonton Caught Stealing, kamu juga akan suka dengan buku yang punya sensasi serupa. Masing-masing punya aroma, ritme, dan ketegangan yang bisa bikin kamu merasa seperti masih berada di dunia yang sama. Gelap, cepat, dan penuh kejutan. Cek listnya di bawah ini ya! 📚
1. Farewell, My Lovely – Raymond Chandler
Ketika detektif swasta Philip Marlowe mulai merasa bosan dengan kasus kecil yang ia tangani, ia justru terseret ke dalam pusaran pembunuhan, pencurian, dan tipu daya. Semua berawal dari pertemuannya dengan Moose Malloy, penjahat bertubuh besar yang hanya ingin menemukan cinta lamanya, tapi malah meninggalkan jejak darah di setiap langkahnya. Dari klub malam yang suram hingga lorong-lorong penuh rahasia, setiap petunjuk membawa Marlowe makin jauh dari kebenaran.
Raymond Chandler menghidupkan Los Angeles dengan aroma asap, cahaya neon, dan bayangan kesepian. Farewell, My Lovely menghadirkan misteri yang mengalir lewat dialog tajam dan atmosfer kelam. Di balik pencarian Marlowe, tersimpan kisah tentang manusia yang mencoba bertahan di dunia yang tak lagi punya ruang bagi kepolosan.
2. Crime and Punishment – Fyodor Dostoevsky
Raskolnikov, seorang mahasiswa miskin di St. Petersburg, yakin bahwa beberapa orang dilahirkan untuk menembus batas moral. Dengan keyakinan itu, ia melakukan pembunuhan. Motifnya bukan karena kebencian, tapi demi menguji teorinya sendiri. Namun seiring waktu, darah di tangannya mulai berbicara lebih keras dari logikanya. Suara hatinya yang dulu ia abaikan kini berubah menjadi musuh paling berbahaya yang tak bisa dihindari.
Dostoevsky menggambarkan pergulatan batin manusia dengan ketajaman yang menembus. Crime and Punishment menghadirkan dunia yang suram, di mana rasa bersalah, cinta, dan keinginan untuk menebus dosa berkelindan tanpa henti. Pembaca diajak menyelami kegelapan yang perlahan berubah menjadi cahaya, meski redup dan nyaris padam.
3. Madonna in a Fur Coat – Sabahattin Ali
"The pain of losing something precious could be forgotten over time. But our missed opportunities never left us, and every time they came back to haunt us, we ached."
Berlin di tahun 1920-an jadi saksi perjalanan seorang pemuda pemalu yang meninggalkan kampung halamannya di Turki untuk mencari arti hidup. Di tengah hiruk-pikuk kota, museum-museum megah, dan dunia kabaret yang gemerlap, ia bertemu seorang perempuan yang mengubah hidupnya selamanya. Pertemuan itu menjadi awal dari perjalanan batin yang lembut tapi menyakitkan, tentang keberanian membuka diri pada dunia dan kehilangan yang diam-diam menggores jiwa.
Sabahattin Ali menulis kisah ini dengan kejujuran yang tenang dan getir. Madonna in a Fur Coat menghadirkan cinta yang bertahan meski waktu mencoba menghapusnya, dan kenangan yang terus datang mengetuk setiap kali kita menatap masa lalu. Setiap halamannya terasa seperti gema rindu yang tak mau padam.
4. Games Untold – Jennifer Lynn Barnes
Di balik kemewahan dan intrik keluarga Hawthorne, cinta dan rahasia saling berkejaran dalam permainan yang sulit ditebak. Games Untold membawa pembaca kembali ke dunia teka-teki, warisan, dan hasrat tersembunyi. Dari playboy yang kehilangan ingatan, hingga gadis yang punya alasan untuk membencinya; dari heiress berani hingga pasangan tak terduga yang menyimpan janji berbahaya.
Jennifer Lynn Barnes menghadirkan empat cerita yang menegangkan sekaligus menggoda, di mana cinta dan strategi berjalan beriringan. Setiap karakter menanggung rahasia yang bisa menghancurkan atau menyelamatkan mereka, dan setiap keputusan terasa seperti langkah terakhir di papan permainan.
Buku ini mengajak pembaca menebak, merasakan, dan terus mencari potongan cerita yang hilang.
5. Great Big Beautiful Life – Emily Henry
Ketika jurnalis muda Alice Scott mendapat kesempatan langka untuk mewawancarai Margaret Ives, sang ahli waris eksentrik yang terkenal tertutup, ia tahu hidupnya sebentar lagi akan berubah. Tapi rupanya, bukan hanya kebenaran yang ia temukan di pulau terpencil itu. Ada pula persaingan sengit dengan jurnalis lain, Hayden Anderson, yang sama ambisiusnya… dan sama sulitnya diabaikan.
Emily Henry merajut kisah ini dengan ketegangan lembut dan percikan romansa yang hangat. Di tengah misteri keluarga besar Ives yang penuh skandal, tumbuhlah hubungan yang tak terduga.
Great Big Beautiful Life terasa seperti perjalanan untuk memahami bagaimana kisah orang lain perlahan bisa mengungkap siapa diri kita sebenarnya.
Pada akhirnya,
Caught Stealing menghadirkan dinamika yang sedikit di luar nalar. Seperti kebanyakan film Aronofsky lainnya memang.
Film ini dijadwalkan tayang di bioskop Indonesia pada 29 Oktober 2025, menghadirkan perpaduan antara nuansa neo-noir, dark-comedy, dan ketegangan khas Aronofsky yang pelan-pelan bikin kamu terhanyut.
Dalam film ini kamu akan merasakan sensasi bingung-bingung, tapi berakhir dengan keteduhan di akhir filmnya. Setiap adegan terasa seperti teka-teki kecil yang menuntunmu menuju satu kesimpulan besar, meski jalannya terasa absurd dan penuh kejutan.
Untuk lebih memahami keseluruhan scene, kamu mesti benar-benar fokus pada kuncinya! Oh, barangkali kuncinya adalah… kucingnya 🔑😽
Baca juga: 35 Tahun Hai, Miiko! Komik yang Tumbuh Bersama Generasi Pembacanya
✨ Oya, jangan lupa juga buat dapetin penawaran spesial lainnya dari Gramedia! Cek promonya di bawah ini agar belanja kamu jadi lebih hemat! ⤵️