Catatan Kaki dari Gaza: Dari Rumah ke Rumah, Menelusuri Luka yang Tak Pernah Sembuh
Jauh sebelum 7 Oktober 2023, Gaza telah menjadi lokasi yang menegangkan. Perebutan tanah dan pembantaian membabi buta terhadap warga di Palestina telah terjadi sejak jauh-jauh hari.
Menilik jauh dari peristiwa di tahun 1956, seorang Jurnalis bernama Joe Sacco merekam kejadian mengerikan dan pembantaian keji yang dilakukan oleh tentara Israel melalui wawancara dengan para penyintas dan riset lapangan bertahun-tahun kemudian. Kemudian ia tuliskan menjadi sebuah reportase. Ia pun lantas mengemasnya menjadi buku dalam bentuk komik.
Akan jadi seperti apakah isinya? mari kita simak bersama dalam artikel berikut ini!
Sinopsis Catatan Kaki Dari Gaza
Suatu tragedi pada tahun 1956 di Jalur Gaza membuat seorang wartawan sekaligus kartunis bernama Joe Sacco untuk terjun langsung ke wilayah paling sengit di Bumi itu.
Selagi ia menyelidiki peristiwa berdarah tersebut, terjadi penggusuran besar-besaran pada rumah warga, serangan Israel yang membunuh penduduk sipil. Dalam suatu riset, Sacco bahkan nyaris terserempet peluru Israel.
Dalam pencarian atas kebenaran, Joe Sacco pun melanglang dari satu tragedi ke tragedi lain, menyampaikan pesan para gerilyawan, dan mencatat tangis para ibu yang kehilangan rumah, suami, dan anak-anak yang dibunuh prajurit Israel secara brutal.
Kenapa Karya Ini Layak Kamu Baca?
Ini dia beberapa alasan yang bikin karya ini layak banget buat kamu baca!
1. Jadi Karya Ambisius Joe Sacco
Catatan Kaki dari Gaza adalah karya paling ambisius Joe Sacco. Jurnalisme komik khas Joe Sacco menggambarkan tragedi kemanusiaan di atas tanah yang dipertahankan dengan darah dan air mata syuhada.
Buku ini menjadi dokumentasi yang penting atas peristiwa pembunuhan rakyat sipil di Jalur Gaza yang kerap menjadi sekadar satu catatan kaki dalam sejarah. Sejarah pembantaian rakyat sipil yang selalu berulang di tanah Palestina.
2. Sentuhan Reportase, Dituang Dalam Komik
Dalam buku ini, Sacco meramu racikan reportase a la jurnalisme investigatif dan menumpahkannya ke dalam medium komik. Hasil dari perpaduan ini tak cuma hanya menyajikan informasi seputar konflik, tetapi juga mampu membangun emosi orang-orang yang membacanya. Gaya visualnya yang rinci dan ekspresif membuat cerita terasa hidup dan mudah dipahami, bahkan untuk pembaca yang belum terlalu akrab dengan konflik Palestina-Israel.
3. Membongkar Kisah yang Terlupakan
Buku ini membawa kita menyelami sejarah yang selama ini terlupakan atau mungkin sengaja dilupakan oleh dunia internasional. Dalam riset material untuk karyanya ini, Sacco tidak hanya berfokus pada catatan dan peristiwa semata. Ia juga turut menggali puing-puing kemanusiaan dengan turun langsung, blusukan rumah para korban dari tragedi tersebut. Ini membuat narasi ceritanya terasa lebih personal dan mengalir dengan arus emosional kuat di hati pembaca.
4. Riset yang Mendalam
Dalam pembuatan karyanya, Sacco melakukan investigasi langsung ke lapangan: Ia tinggal di Gaza, berbicara dengan saksi hidup, memeriksa dokumen, dan menelusuri berbagai versi cerita. Riset yang detail ini memberi bobot pada narasi dan menunjukkan dedikasinya sebagai seorang jurnalis. Pendalaman ini juga membuat kompleksitas dalam buku ini terasa sangat nyata dan menyayat hati.
5. Refleksi atas Kekerasan yang Berulang
Meski berbicara tentang peristiwa di masa lalu, Catatan Kaki dari Gaza menyiratkan bahwa kekerasan serupa masih terus terjadi. Buku ini menggambarkan siklus penderitaan rakyat Gaza, dari generasi ke generasi, yang masih belum menemukan jalan damai.
Tentang Joe Sacco
Joe Sacco adalah seorang jurnalis dan kartunis kelahiran Kirkop, Malta, pada 2 Oktober 1960. Ketika masih kecil, keluarganya pindah ke Amerika Serikat, tempat di mana ia kemudian tumbuh besar dan melanjutkan pendidikan. Ia menempuh studi jurnalistik di University of Oregon dan lulus pada tahun 1981.
Meski berlatar belakang jurnalisme, awal kariernya justru dimulai dari dunia komik dan penulisan untuk majalah musik. Namun, titik balik penting terjadi ketika ia menyadari bahwa media komik bisa menjadi alat yang kuat untuk menyampaikan kisah nyata dan kompleks, terutama dalam isu konflik dan kemanusiaan.
Sacco dikenal luas sebagai pelopor jurnalisme grafis, sebuah pendekatan yang memadukan ilustrasi komik dengan reportase investigatif. Ia terjun langsung ke daerah konflik, mewawancarai para penyintas, dan menggambarkan cerita mereka dalam komik-komik yang kuat secara emosional dan visual.
Salah satu karya paling awal yang melambungkan namanya adalah Palestine (1993–1995), yang kemudian meraih American Book Award. Namanya semakin dikenal luas lewat Safe Area Goražde (2000), kisah tentang warga sipil dalam Perang Bosnia, dan The Fixer (2003), yang juga bertemakan konflik Balkan. Ia juga menulis Paying the Land (2020), yang mengeksplorasi konflik budaya dan kolonialisme di wilayah adat suku Dene di Kanada.
Gaya khas Sacco terletak pada kemampuannya menyorot sisi kemanusiaan dalam sebuah konflik. Reportasenya sering kali bergerak melalui lorong gelap untuk mewakili suara-suara yang kerap terpinggirkan. Atas dedikasinya, ia telah menerima berbagai penghargaan bergengsi, termasuk Eisner Award dan Guggenheim Fellowship.
Bacaan Lebih Lanjut Tentang Palestina
Selain Catatan Kaki dari Gaza, kamu juga bisa menilik lebih lanjut catatan tentang sejarah dan genosida yang terjadi di Palestina lewat buku-buku ini!
1. Palestina
Demi memahami pendudukan Israel dan dampaknya bagi rakyat Palestina, Joe Sacco, seorang komikus dan aktivis kemanusiaan, menyusuri tempat-tempat di Gaza dan Tepi Barat. Mewawancarai beragam wajah dan menyimak berbagai cerita tentang pengusiran dan kekerasan demi kekerasan yang menimpa rakyat Palestina.
Palestina—yang kini dianggap mahakarya dalam genre novel grafis atau jurnalisme komik—masih relevan hingga kini. Buku ini menjadi bukti bahwa tragedi yang menimpa rakyat Palestina telah berlangsung selama puluhan tahun. Buku ini juga menggambarkan ketangguhan rakyat Palestina yang tak mudah menyerah terhadap pendudukan Zionis.
Dengan gaya jurnalismenya yang nyeleneh sekaligus menusuk, Joe Sacco tidak hanya menyajikan fakta tentang kekejaman dan kebrutalan Israel, tapi juga menyuguhkan pengalaman autentik dan resiliensi rakyat Palestina di bawah kolonialisme Israel.
2. Perang Gaza: Dampak di Internal, Regional, dan Internasional
Dalam buku yang mendalam dan penuh wawasan ini, Musthafa Abd Rahman, seorang wartawan Kompas yang telah lama bertugas di Timur Tengah, mengumpulkan tulisan-tulisannya yang mayoritas pernah dimuat di Harian Kompas.
Dengan ketajaman analisis dan kedalaman investigasi, Abd Rahman menyajikan gambaran komprehensif tentang konflik Gaza yang terus berkobar dan dampaknya yang meluas.
Buku ini mengupas berbagai aspek yang sering kali luput dari sorotan media mainstream. Di bagian internal, Abd Rahman menggali dampak psikologis dan sosial yang dialami penduduk Gaza, serta dinamika politik internal yang memperumit situasi. Pada tingkat regional, tulisan-tulisan ini mengeksplorasi bagaimana konflik Gaza mempengaruhi hubungan antara negara-negara Timur Tengah, termasuk pergeseran aliansi dan kebijakan luar negeri mereka.
3. Palestina Tanah Risalah
Palestina adalah tanah istimewa dan sangat bersejarah. Menjadi bagian dari wilayah Bulan Sabit Subur yang terkenal dengan peradaban besar umat manusia pada masa lalu, ia adalah tempat lahirnya para nabi dan rasul (Yudaisme dan Kristen) pembawa risalah Tuhan dengan misi membawa manusia kepada kebaikan, kemajuan, kedamaian, dan keharmonisan. Namun, akibat ulah tangan-tangan rakus politik dan penguasa tiranik yang datang silih berganti membuat nasib Palestina masih jauh dari yang diharapkan.
Merentang sejak era Kan’an, Ibrani, Kristen, Islam, hingga era modern, buku ini tak hanya menggambarkan secara historis Palestina sebagai tanah risalah langit yang mengusung spirit peradaban dan kemanusiaan, tetapi juga menegaskan fakta bahwa Palestina selalu menjadi tanah yang berafiliasi dengan Arab. Israel, melalui gerakan Zionisme yang menciptakannya pada era modern, hanyalah para imigran yang masuk ke sana dengan dasar mitos-mitos rekaan bahwa Palestina adalah tanah yang dijanjikan Tuhan untuk mereka.
Berdasarkan fakta-fakta sejarah yang tak terbantahkan, buku ini secara kritis membongkar mitos-mitos Zionisme dan imajinasi Barat, kekeliruan sejarah, arkeologi, dan kitab suci kuno, yang mendasari penguasaan Israel atas Palestina.
Buku ini ditulis dengan semangat perlawanan yang kuat dan membawa sudut pandang yang berpihak pada rakyat Palestina, sehingga pembaca disarankan untuk memahami konteks ideologis yang melatarbelakanginya.
4. On Palestine
Buku ini merupakan sebuah respons atas Perang Gaza 2014 yang menewaskan ribuan warga Palestina dan membuka jalan bagi Israel untuk terus melakukan perampasan tanah. Pembersihan etnis yang terus-menerus terjadi bahkan hingga kini makin menekankan urgensi bagi masyarakat dunia agar terus memperbesar dukungan bagi rakyat Palestina.
Ilan Pappé dan Noam Chomsky, dua tokoh Yahudi terkemuka dalam perjuangan pembebasan Palestina, mendiskusikan gagasan akan masa depan yang adil bagi rakyat Palestina. Mereka juga membedah simpul-simpul gerakan yang telah dilakukan komunitas internasional untuk menekan Israel dalam mengakhiri pelanggaran hak asasi manusia terhadap rakyat Palestina. Salah satu yang terkenal adalah Gerakan BDS (Boycott, Divestment, Sanction).
Noam Chomsky secara luas dianggap sebagai salah seorang kritikus kebijakan luar negeri Amerika Serikat paling terkemuka di dunia. Dia telah menerbitkan banyak buku, artikel, dan esai inovatif tentang politik global, sejarah, dan linguistik. Sementara Ilan Pappé adalah penulis buku terlaris The Ethnic Cleansing of Palestine: A History of Modern Palestine dan The Israel/Palestine Question.
5. Palestine,The Biggest Prison on Earth
Kolonialisme pemukim (settler colonialism), itulah yang dilakukan Israel atas Palestina. Ini identik dengan pembersihan atau genosida penduduk asli, karena perpindahan tersebut selalu menimbulkan bentrokan. Sama seperti yang terjadi di Amerika dan Australia.
Ilan Pappe memberi gambaran utuh mengenai yang terjadi di Palestina. Mengenai pergerakan kolonialisme Israel sejak awal abad ke-19 sampai tahap ketiga yang berlangsung sejak 1967 hingga detik ini, yang masih menjadikan Palestina sebagai “penjara terbesar di dunia”.
Pertanyaannya: Apakah ini merupakan tahap akhir? Akankah dunia mengakhiri pembantaian jutaan warga Palestina?
Catatan Kaki dari Gaza adalah buku yang menggugah, menyentuh, dan membuka mata. Melalui kombinasi jurnalisme investigatif dan seni visual, Joe Sacco berhasil membongkar sejarah kelam yang terpendam dan menyajikannya secara jujur dan manusiawi.
Buku ini bukan hanya bacaan untuk memahami Gaza, tapi juga pelajaran tentang pentingnya mendengarkan suara-suara yang kerap terabaikan dalam sejarah.
Bagi siapa pun yang tertarik pada isu kemanusiaan, sejarah, dan jurnalisme, buku ini adalah bacaan yang sangat direkomendasikan. Meski berat secara emosional, Catatan Kaki dari Gaza menawarkan sudut pandang yang jarang ditemukan di media arus utama—sebuah perspektif yang membumi dan penuh empati.
It’s Payday, I’m in Love!
Siapa nih yang baru aja gajian hari ini? cieee, cair… cair…hehehehe
Kebetulan banget di Gramedia lagi ada promo Payday Juli 25% nih! Tersedia berbagai buku dan bacaan menarik yang bisa kamu akses untuk menambah wawasan dan memuaskan rasa penasaranmu.
Ingat! periode promonya berlangsung mulai dari 23-31 Juli aja ya, Grameds!
✨ Oya, jangan lupakan juga penawaran spesial lainnya dari Gramedia hanya untuk kamu! Cek promonya di bawah ini agar belanja kamu jadi lebih hemat! ⤵️