Saat Cerita Jadi Obat: Kenapa Banyak Orang Healing Lewat Novel Asia?

Grameds, pernah nggak sih kamu merasa capek banget sama hidup? 🤔🌿
Bukan karena masalah besar yang tiba-tiba datang, tapi justru karena hal-hal kecil yang terus menumpuk seolah nggak ada habisnya. Kadang, kita terlalu sibuk mengejar sesuatu, entah itu target, mimpi, atau ekspektasi, sampai lupa menoleh ke hal-hal sederhana yang sebenarnya selalu ada di sekitar kita.
Kalau kamu pernah merasa seperti ini, mungkin tandanya kamu butuh healing.
Grameds mungkin berpikir healing harus selalu identik dengan liburan ke tempat jauh, menikmati pantai, mendaki gunung, atau traveling ke kota lain. Tapi sebenarnya, kita hanya butuh grounding.
Breathe. Bernapas, beristirahat sebentar dari dunia yang melelahkan, dan terhubung kembali dengan diri sendiri sebelum melangkah lagi. Mulailah dari hal kecil dan sederhana: menyeruput kopi pagi sebelum berangkat kerja, menonton ulang film comfort kamu, atau membaca kembali buku kesayangan yang terasa hangat dan menenangkan.
Di momen inilah, banyak orang menemukan ketenangan melalui bacaan—terutama novel-novel filosofis yang sarat dengan refleksi mendalam. Dalam konteks ini, ada banyak literatur Asia yang mengangkat topik healing dan self-improvement.
Kisah-kisah dalam novel tersebut tidak sekadar menghibur, tapi juga menjadi medium penyembuhan bagi hati dan pikiran yang lelah, sekaligus mengajak kita merenungi makna kehidupan dengan cara yang lebih dalam dan penuh kesadaran.
Tapi, kamu penasaran nggak kenapa novel jenis ini populer di lingkup literatur Asia? Yuk, baca artikel ini sampai habis dan temukan jawabannya!
Kenapa Literatur Asia Identik dengan Healing dan Self-Improvement?

Belakangan ini, literatur Asia semakin menarik perhatian pembaca di seluruh dunia. Dari Jepang, Korea, Tiongkok, hingga Asia Tenggara, novel-novel dari kawasan ini sering mengangkat tema healing, self-improvement, dan pencarian jati diri dengan latar kehidupan sehari-hari yang sangat dekat dengan pembaca.
Hal ini tidak lepas dari budaya dan filosofi Timur yang sangat menghargai momen introspeksi, ketenangan hati, dan hidup selaras dengan sekitar. Misalnya, dalam tradisi Buddhisme, perjalanan memperbaiki diri tidak hanya soal mengejar materi, tapi juga bagaimana cara menyelaraskan pikiran dan hati, serta mencari makna hidup yang lebih dalam.
Di tengah tekanan sosial dan ekspektasi yang kadang bikin stres, banyak novel Asia justru menawarkan cara-cara yang hangat dan personal untuk menghadapi semua itu, seperti fokus pada penyembuhan batin dan ketenangan.
Alih-alih mengandalkan drama berlebihan, literatur Asia sering menyuguhkan kisah sederhana yang mengajak pembaca berhenti sejenak, merenung, dan menyembuhkan diri secara perlahan. Novel filosofis bergenre slice of life memang paling mahir dalam menyampaikan pesan seperti ini, karena ceritanya dekat dengan pengalaman sehari-hari.
Slice of Life Asia Jadi Genre Favorit Pembaca!
Di tengah dunia yang sibuk dan serba buru-buru, genre slice of life jadi semacam tempat rehat untuk kita refleksi diri.
Buat Grameds yang belum familiar, genre ini biasanya mengisahkan kehidupan sehari-hari yang ringan dan sangat dekat dengan kenyataan, tapi tetap kaya makna meski terlihat sederhana.
Lalu, kenapa sih slice of life ini banyak diminati para book lovers? Yuk, Grameds, simak alasannya di bawah ini!

1. Cerita yang Dekat dengan Kehidupan Sehari-hari
Novel slice of life Asia biasanya sangat kuat dalam menggambarkan kehidupan masyarakat. Kebanyakan novel dengan genre ini mengambil latar kehidupan sehari-hari seperti rutinitas orang Jepang di pedesaan, hubungan antar tetangga di Korea, atau perjuangan keluarga sederhana di Asia Tenggara. Hal ini membuat ceritanya terasa sangat relatable dan menyentuh, karena meskipun latarnya jauh, nilai-nilai yang diangkat tetap terasa dekat.
Novel dengan genre slice of life ini cukup ampuh menemani proses healing kamu. Selain ceritanya yang hangat, genre ini juga bikin kamu merasa nyaman dan tenang. Apalagi, kalau melihat perjuangan tokoh yang senasib dan sepemikiran dengan kita, rasanya seperti punya teman yang saling menguatkan.
2. Mengangkat Tema yang Personal dan Menggugah Emosi
Pernah nggak sih kamu membaca cerita dengan karakter yang terasa sangat dekat dengan diri sendiri? Jika iya, kamu pasti bakal merasa relate dan paham betul dengan pilihan-pilihan yang diambil karakter tersebut.
Novel slice of life Asia biasanya mengangkat tema seperti keluarga, kehilangan, pencarian jati diri, sampai makna-makna kecil dalam hidup. Ceritanya jarang penuh konflik dramatis, tapi lebih fokus ke emosi dan kedekatan antara pembaca dengan tokoh, sehingga jalan ceritanya terasa nyata dan dekat.
3. Membantu Kita Melihat Keindahan dalam Hal-Hal Sederhana
Selain ceritanya yang dekat dengan kehidupan sehari-hari dan bisa jadi bahan refleksi, novel-novel slice of life juga membantu kita menyadari hal-hal kecil yang sering terlewat, sehingga memberi waktu untuk berhenti sejenak dari kesibukan dan mulai menikmati keindahan di sekitar.
Rekomendasi Novel Slice of Life Buat Healing
Grameds, berikut daftar judul novel genre slice of life yang cocok buat kamu yang butuh healing, ingin istirahat sejenak dari hiruk-pikuk kehidupan, atau sekadar ingin merasa lebih “hidup.”
1. Almond - Sohn Won-Pyung
Novel karya Sohn Won-Pyung yang telah meraih berbagai penghargaan di Korea Selatan ini mengisahkan kehidupan Yoon-jae, seorang anak yang menderita alexithymia—kelainan otak yang membuatnya tidak mampu merasakan atau mengekspresikan emosi.
Bahkan ketika dipukul atau digigit, ia tidak merasakan sakit dan wajahnya tetap datar tanpa ekspresi. Di usia yang masih sangat muda, Yoon-jae sudah dianggap “berbeda” oleh lingkungan sekitarnya, namun tetap tidak menunjukkan reaksi emosional.
Novel slice of life ini menggambarkan realitas masyarakat yang masih kesulitan menerima perbedaan. Bacaan yang hangat dan menyentuh, mendorong kita lebih terbuka terhadap keberagaman dan menjalani hidup dengan penuh makna.
2. Welcome To The Hyunam-Dong Bookshop : Selamat Datang Di Toko - Hwang Bo-Reum
Novel slice of life dari Korea Selatan karya Hwang Bo-Reum ini bercerita tentang Yeongju, wanita yang merasa lelah dan jenuh dengan padatnya kehidupan kota. Ia memutuskan membuka toko buku di Hyunam-dong, lingkungan tenang dan sepi untuk mengembalikan semangat hidupnya.
Yang menarik, toko buku ini menjadi tempat berkumpulnya karakter unik dengan kisah dan masalah hidup masing-masing. Buku ini dipenuhi cerita hangat yang mampu menjadi penghibur dan teman di hari-hari melelahkan.
3. Keajaiban Toko Kelontong Namiya - Keigo Higashino
Novel magical realism dan slice of life karya Keigo Higashino ini bercerita tentang tiga pemuda berandal yang melarikan diri setelah perampokan dan bersembunyi di toko kelontong tua. Mereka menemukan surat permintaan saran dari masa lalu yang dikirim ke pemilik toko, Yuji Namiya.
Tanpa ragu, mereka membalas surat tersebut, membawa mereka ke petualangan melintasi waktu penuh keajaiban. Buku ini banyak membahas pelajaran hidup, cocok untuk Grameds yang butuh bacaan hangat menenangkan pikiran.
4. A Suspicious Secondhand Shop: Toko Barang Bekas yang Mencurigakan - Michio Shusuke
Jika kamu suka cerita berlatar toko yang hangat dan penuh rahasia, buku ini cocok. Novel slice of life karya penulis Jepang Michio Shusuke ini menyoroti kisah hangat di sebuah toko kecil yang tampak biasa, tersembunyi di pemukiman jauh dari pusat kota.
Meski merugi selama dua tahun sejak dibuka, toko ini tetap buka dan melayani pelanggan dengan sepenuh hati, memperlakukan mereka seperti raja. Toko ini tidak hanya menjual barang bekas, tapi juga menjadi tempat berlabuhnya berbagai cerita rahasia dari pengunjung.
5. Tube - Sohn Won-Pyung
Novel terbaru Sohn Won-Pyung ini mengajak pembaca mengikuti kisah Kim Seong-gon Andrea, pria paruh baya yang mengalami berbagai kegagalan hidup—mulai bisnis bangkrut, perceraian, hingga upaya bunuh diri yang gagal.
Cerita berfokus pada perjuangan Seong-gon bangkit dari keterpurukan dengan perubahan kecil, seperti memperbaiki postur tubuh. Tindakan sederhana ini menjadi awal perubahan positif dalam hidupnya, termasuk membaiknya hubungan keluarga dan kemajuan karier.
Novel ini cocok untuk kamu yang sedang di titik terendah dan butuh alasan bertahan. Sohn Won-Pyung menjelaskan bahwa memperbaiki hidup bisa dimulai dari perubahan kecil.
Grameds, novel ini cocok banget buat kalian yang lagi ada di titik terendah dan membutuhkan alasan-alasan untuk bertahan. Di buku ini, Sohn Won-Pyung menjelaskan bahwa memperbaiki hidup bisa saja dimulai dari perubahan-perubahan kecil.
Baca Juga: Terjebak Reading Slump? Ini Cara Ampuh Mengatasinya!
Nah, Grameds, membaca buku-buku slice of life sebagai bagian dari proses healing tentu bukan hal yang keliru. Justru, lewat cerita-cerita yang hangat dan penuh makna, kita bisa menemukan kembali semangat yang sempat hilang, atau pelukan tak kasat mata yang membuat hati terasa lebih kuat.
Nikmati alurnya, resapi maknanya, dan izinkan dirimu beristirahat sejenak. Tapi ingat, jangan sampai larut terlalu lama dalam dunia fiksi sampai lupa kembali ke dunia nyata. Karena bacaan yang tepat di waktu yang tepat bisa menjadi obat terbaik—dan itulah keajaiban dari sebuah cerita.📚🌟
Selamat membaca, dan semoga hatimu selalu hangat, Grameds 💛📚 Butuh rekomendasi bacaan yang bisa menenangkan hati dan pikiran?
✨ Yuk, jelajahi Special Offer Asian Fiction: Pilihan Pembaca di Gramedia.com!
📅 Hanya dari 28 Mei hingga 3 Juni
Temukan deretan novel literatur Asia yang menyentuh, menenangkan, dan menggugah emosi, cocok banget untuk kamu yang ingin healing sambil memperkaya jiwa.

Lihat penawaran spesial lainnya dari Gramedia.com hanya untuk kamu! Cek promonya di bawah ini supaya kamu bisa belanja hemat! 😊
Temukan Semua Promo Spesial di Sini!
Penulis: Yulian Dwi Nugroho