Pikiran, cerita, dan gagasan tentang buku dengan cara yang berbeda.

AUTHOR OF THE MONTH: Dokter Gia Pratama dan Wejangan Menjadi 'Dewa'

AUTHOR OF THE MONTH: Dokter Gia Pratama dan Wejangan Menjadi 'Dewa'

Di artikel sebelumnya, dokter Gia Pratama mengungkap rasa percaya dirinya terhindar dari star syndrome. Dokter Gia mengatakan setiap kali memakai jas putih dokter, semua perasaan menjadi netral, seperti star syndrome dan efek-efek negatif lainnya.

Namun ternyata di luar itu, ada alasan lain yang membuatnya merasa yakin bisa terhindar dari star syndrome ataupun rasa sombong setelah tenar di media sosial. Hal tersebut tak lain tak bukan karena dokter Gia selalu mengingat pesan gurunya. Sang guru memberinya tiga pesan, saat dirinya masih menjadi koas.

"Waktu aku koas pas mau lulus jadi dokter, aku dipanggil sama konsultan penyakit dalam, guruku. Aku hormat sekali sama orang ini, dia pinter banget. Saya disuruh duduk," ungkapnya kepada Gramedia.com dalam sebuah sesi wawancara beberapa waktu lalu.

Dokter Gia pun melanjutkan, jika gurunya langsung menyampaikan pesan pertama yang membuat dirinya merasa tertampar.

"Dia bilang, 'setelah kamu lulus nanti, saat kamu jadi dokter, kamu harus ingat kata-kata saya. Orang di luar sana akan menganggap kamu ini adalah tanda kutip dewa, dan orang akan dengerin kamu. Jadi kalau kamu jadi dewa, pesan saya nomor satu, jangan sombong atau star syndrome. Kalau kamu sombong, kamu akan ingat muka saya, karena saya lah yang tahu betapa bodohnya kamu saat ujian," lanjutnya.

Setelah diingatkan untuk jangan pernah sombong, dokter Gia juga diingatkan untuk selalu membagikan kebaikan.

"Yang kedua, karena kamu dianggap dewa, jadilah dewa yang menyebarkan kebaikan seperti menyebarkan virus. Nah bedanya penyebaran virus dan bakteri, kalau bakteri misalnya bisul, kalau orang bisulan, kita pegang apa kita juga bisulan? enggak kan. Tapi kalau virus, wah menyebarnya mudah. Makanya jadilah dewa yang menyebarkan kebaikan seperti virus," ungkapnya.

Pesan ketiga, atau pesan terakhir, dokter Gia diingatkan untuk selalu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti saat berbagi kebaikan.

"Yang ketiga, dia bilang, saat kamu jadi dewa, apa gunanya kamu kalau bahasa kamu hanya dimengerti oleh dewa-dewa lainnya? Jadi, berbahasalah dengan bahasa manusia," ucapnya.

Karena ketiga wejangan itu membuat dokter Gia Pratama selalu ingin membagikan kisah-kisah yang dialaminya. Hingga kemudian dia memilih untuk berbagi kisah melalui media sosial, khususnya Twitter.

"Jadi mengerti ya kenapa aku melakukan ini, kenapa aku sharing di Twitter, ya tujuannya ini. Meneruskan wejangan beliau. Biar jadi dewa gaul, sampai akhirnya apa yang saya tulis jadi viral," tuturnya.

Aktifnya dokter Gia berbagi kisah di Twitter bukan semata-mata cari sensasi atau sengaja ingin tenar. Tapi ada alasan ingin berbagi kebaikan ke banyak orang. Itu sebabnya, di setiap kicauannya, dokter Gia berusaha untuk menyelipkan hal-hal berupa awareness terhadap kesehatan diri sendiri. Ia pun kerap mengingatkan betapa pentingnya arti kesehatan melalui tagar, #SeriSayangiDirimu.

“Kalau di #Serisayangidirimu aku bahas otak, jantung, lambung dengan bahasa semanusia mungkin, jadi mereka langsung tahu. Aku mau orang jaga makanan, hidup sehat karena keinginan sendiri, karena mereka harus sayang sama diri sendiri. Karena tubuh kita nggak ada spare parts. Ada, tapi miliaran harganya. Jadi ketika kita dikasih gratis kenapa nggak dijaga?” ungkapnya.

Siapa sangka, di kemudian hari, dokter Gia Pratama dikenal sebagai salah satu selebtwit. Bahkan salah satu kisahnya tentang pencarian jodoh pun kini sudah dinovelkan dalam sebuah buku berjudul #BerhentidiKamu. Dengan begitu, dokter Gia semakin semangat berbagi banyak kebaikan lewat tulisan-tulisannya.

MATT&MOU

Lalu bagaimana dengan kisah-kisah yang terkumpul di #Serisayangidirimu? Apakah akan dibukukan juga?

Kita sama-sama tunggu ya Grameds, karena pada April 2019 mendatang, dokter Gia Pratama berencana untuk merilis buku keduanya. Bisa jadi kisah di #Serisayangidirimu akan jadi cerita di buku kedua dokter Gia Pratama.

Bersambung...


Enter your email below to join our newsletter