3 Alasan Mengapa Kamu Harus Baca Aruna & Lidahnya Sebelum Nonton Filmnya

Mungkin kamu sudah nonton trailer Aruna & Lidahnya, atau malah sempat lihat beberapa cuplikan adegan yang diputar dalam rangka promosi filmnya. Well, film ini merupakan adaptasi dari novel karya Laksmi Pamuntjak dengan judul sama.

Tak tanggung-tanggung, aktor dan aktris ternama dari Tanah Air akan memerankan tokoh-tokoh dalam buku ini. Sejoli AADC, yakni Dian Sastrowardoyo (Aruna) dan Nicholas Saputra (Bono) lagi-lagi beradu akting bersama. Diramaikan juga oleh Oka Antara sebagai Farish dan Hannah Al-Rasyid sebagai Nad.

Kisahnya berawal dari Aruna, seorang epidemiologist (ahli wabah) yang ditugaskan untuk mengusut kasus flu burung di beberapa kota di Indonesia. Ia memanfaatkan kans itu untuk berburu kuliner lokal dengan mengajak dua sahabatnya, Bono dan Nad, yang sama-sama terobsesi pada makanan. Mereka terlibat dalam sebuah perjalanan di mana makanan, sejarah, tradisi, realitas sosial, konspirasi, hingga percintaan saling bertautan.

Film ini dapat dinikmati di bioskop pada tanggal 27 September 2018 nanti. Sembari menunggu waktu yang pas untuk nonton filmnya, yuk coba baca novelnya terlebih dahulu!

Ini dia Gramedia.com merangkum alasan-alasan penting mengapa novel Aruna & Lidahnya wajib dibaca sebelum nonton filmnya.

1. Wisata kuliner lewat tulisan

Source: Palari Films

Novel Aruna & Lidahnya akan mengajak kamu untuk mencicipi beragam kuliner khas dari beberapa daerah di Indonesia. Mulai dari bakso lohwa di Tangerang, rujak soto khas Banyuwangi, kwetiau dan bubur khas Singkawang, bebek sinjay khas Bangkalan, hingga nasi tempong di Lombok.

Dalam buku ini, Laksmi Pamuntjak tidak hanya asal sebut nama makanan saja, melainkan juga mendeskripsikannya secara detail. Misalnya tentang bagaimana penampilannya, disajikan dengan pelengkap apa saja, kekayaan bumbu yang ada di dalamnya, bahkan aroma yang diciptakan dari makanan tersebut.

Terus terang aku girang sekali melihat kwetiauku. Kuperhatikan warnanya yang cokelat tua mengilat, serta tektur dan tingkat kepekatannya yang lain dari kebanyakan kwetiau goreng.

Mereka juga tak pelit dengan bakso yang sangat kusukai itu, yang teksturnya padat seperti keket, tapi dalam versi ini lebih kenyal dan mungil.

(Aruna, hal. 357)

Dengan membaca Aruna & Lidahnya, kamu akan tersadar betapa kayanya kuliner Indonesia. Adapun Laksmi seolah-olah ingin membangkitkan indera pengecapan dan penciuman para pembacanya. Tak heran kalau perut pun bergejolak minta diisi.

2. Belajar sejarah kota-kota di Indonesia

Source: Palari Films

Selain makanan-makanan khas nusantara, kamu juga akan memperoleh pengetahuan lainnya. Laksmi Pamuntjak turut menuangkan kisah tentang sejarah singkat kota yang didatangi Aruna dan para sahabatnya. Misalnya Surabaya, salah satu wilayah di Jawa Timur yang dikenal juga dengan sebutan Kota Pahlawan.

Ditambah juga dengan beberapa cuplikan cerita asal-usul suatu tradisi yang hingga sekarang masih dijalani oleh warga daerah tersebut. Salah satunya adalah tradisi masyarakat Tionghoa di Singkawang, seperti Festival Cap Go Meh, Festival Bacang, dan Festival Kue Bulan.

3. Dibumbui kisah cinta

Source: Palari Films

Aruna & Lidahnya memang merupakan sebuah buku tentang makanan sebagai pusatnya. Namun bukanlah sebuah buku resep, tetapi novel yang berisi rangkaian cerita kehidupan Aruna sebagai sang tokoh utama.

Tak sekadar membagikan perjalanan Aruna dalam menggeluti kasus flu burung dan kuliner Indonesia, Laksmi Pamuntjak juga menyisipkan kisah cinta dalam bukunya ini. Dalam pertemanan, memang bisa saja tumbuh bunga-bunga asmara kan?

Lalu, siapa yang jatuh hati pada siapa? Temukan jawabannya langsung dengan membaca novel Aruna & Lidahnya!


Dengan segala keberagaman yang ada di Indonesia, makanan bisa menjadi salah satu pemersatunya. Lalu, apa saja makanan khas nusantara yang jadi favoritmu?

Dapatkan novel Aruna & Lidahnya edisi khusus cover film hanya di Gramedia.com.