Akhir Tahun dan Berbagai Versi Diri yang Muncul, Kamu Termasuk yang Mana?

Grameds, pernah nggak sih merasa kalau akhir tahun selalu datang membawa suasana yang sedikit berbeda? 👀

Bukan cuma kalender yang berganti, tapi juga perasaan yang terkumpul sepanjang tahun perlahan-lahan ikut naik ke permukaan. Ada yang tiba-tiba jadi lebih lembut, lebih pendiam, atau justru lebih berani dari biasanya.

Akhir tahun sering menjadi momen refleksi alami. Banyak orang baru benar-benar menoleh ke belakang saat waktu mulai menipis, mengingat potongan cerita yang sempat terlewat, atau menyadari perubahan kecil yang ternyata sudah terjadi. Dari situlah, berbagai “karakter musiman” mulai bermunculan.

Karena itu, Gramin merangkum beberapa tipe orang yang kerap muncul menjelang pergantian tahun. Siapa tahu, salah satunya terasa familiar atau justru sedang kamu jalani sekarang. Yuk, simak bahasan soal karakter-karakternya dalam artikel ini! 🙌🏼❤️


Beberapa Karakter yang Suka Muncul di Akhir Tahun!

Di akhir tahun, ada berbagai karakter yang kerap muncul sebagai respons atas perjalanan yang telah dilalui. Berikut beberapa di antaranya:

1. Menghilang dari Grup dan Media Sosial

Kerasa nggak sih, kalau agenda tuh sering kali makin padat pas akhir tahun tiba? Acara keluarga, urusan pekerjaan, hingga ajakan bertemu dari teman lama datang bersamaan.

Bagi sebagian orang, kondisi ini cukup menguras energi mental. Maka, memilih menarik diri sejenak dari grup chat atau media sosial menjadi cara sederhana untuk bernapas dan menjaga ruang pribadi.

2. Mendadak Nostalgia

Akhir tahun kerap memunculkan keinginan untuk merangkai ulang cerita hidup agar terasa lebih utuh. Lagu lama diputar, foto-foto dibuka kembali, dan kenangan lama datang tanpa diundang. Segalanya terasa mendadak nostalgia.

Tipe ini biasanya bukan hanya merindukan momennya, tapi juga versi diri mereka di masa lalu, yang terasa lebih hidup, lebih berani bermimpi, atau lebih jujur pada perasaan sendiri.

3. Tiba-tiba Minta Maaf ke Semua Orang

Akhir tahun sering dianggap sebagai temporal landmark, kayak penanda waktu yang membuat seseorang terdorong untuk meninjau ulang hidupnya. Di fase ini, orang cenderung mengingat kembali relasi, sikap, dan kata-kata yang pernah terucap.

Itulah sebabnya, ada saja yang mendadak menghubungi untuk meminta maaf, bahkan atas hal yang mungkin sudah lama berlalu. Bukan karena drama, tapi karena ada keinginan tulus untuk menutup tahun dengan hati yang lebih ringan.


Baca juga: Fenomena End Year Blues: Kenapa Kita Sering Kali Merasa Murung di Penghujung Tahun?


4. Kaum YOLO Aja

Bagi sebagian orang, akhir tahun terasa seperti batas emosional. Muncul dorongan untuk mencoba hal baru, mengejar pengalaman yang sempat tertunda.

Optimisme meningkat, keberanian muncul, dan keputusan spontan pun diambil. Selama dilakukan dengan kesadaran dan tanggung jawab, fase ini kerap menjadi awal pengalaman baru yang berkesan.

5. Tiba-tiba Baik Banget!?

Ada juga tipe yang menutup tahun dengan lebih banyak tindakan baik. Tiba-tiba jadi lebih sering membantu, berbagi, atau sekadar lebih peduli pada sekitar. Biasanya, ini muncul dari refleksi pribadi tentang bagaimana mereka menjalani setahun terakhir.

Aksi prososial seperti ini membantu seseorang menyeimbangkan kembali nilai diri dan menutup tahun dengan perasaan yang lebih damai.

6. New Year, New Me

Karakter yang satu ini hampir selalu hadir setiap akhir tahun. Resolusi disusun, harapan dituliskan, dan semangat perubahan mulai terasa.

Entah nantinya semua rencana terlaksana atau tidak, keinginan untuk menjadi versi diri yang lebih baik tetaplah langkah awal yang patut diapresiasi. Semoga konsistensinya bisa menyusul, ya, Grameds. 😊💚


Baca Artikel Lainnya di Sini!


Sebelum Tahun Berakhir, Nikmati Waktu bersama Bacaan!

Akhir tahun sering menjadi jeda alami untuk menoleh ke belakang, merangkum hal-hal yang sudah terjadi, sekaligus memberi makna pada perjalanan yang telah dilalui. Di momen seperti ini, pikiran mudah berkelana ke banyak arah, membawa berbagai perasaan yang datang silih berganti.

Yup, biar proses refleksi kamu terasa lebih tenang dan terarah, Gramin menghadirkan bacaan yang bisa menjadi teman dudukmu sebelum tahun berganti nantinya.

1. The Let Them Theory – Mel Robbins

Let Them; dua kata sederhana yang akan mengubah cara kamu melihat dan memaknai hidup.

Temukan Di Sini!

The Let Them Theory mengajak pembaca melihat ulang sumber kelelahan emosional yang sering kali muncul dalam hidup, kebiasaan memberi terlalu banyak kuasa pada pendapat, reaksi, dan penilaian orang lain. Mel Robbins memperkenalkan dua kata sederhana, Let Them, sebagai kunci untuk melepaskan diri dari dorongan mengontrol hal-hal di luar kendali.

Dengan sudut pandang yang lugas, buku ini membantu pembaca memahami bahwa banyak hambatan dalam mencapai tujuan dan kebahagiaan justru lahir dari usaha menyenangkan semua orang.

Lewat metode yang praktis dan relevan dengan kehidupan sehari-hari, buku ini mengajak pembaca melindungi waktu dan energi, sekaligus kembali berfokus pada hal-hal yang benar-benar penting.  


2. Grow Up Faster – Mahdi Karim

Temukan Di Sini!

Grow Up Faster hadir sebagai teman refleksi bagi mereka yang sedang berada di fase pencarian arah hidup. Buku ini mengangkat kegelisahan yang sering dialami banyak orang: merasa sudah dewasa secara usia, tapi belum sepenuhnya siap memikul tanggung jawab. Melalui pendekatan yang dekat dan membumi, Mahdi Karim mengajak pembaca meninjau kembali makna kedewasaan. Kedewasaan yang bukan sekadar status, melainkan sebuah proses bertumbuh.

Berlandaskan nilai-nilai Islam, pengalaman nyata, dan kisah inspiratif, buku ini menawarkan panduan untuk membangun visi jangka panjang, melatih tanggung jawab sejak dini, serta menata hidup dengan arah yang lebih jelas. Grow Up Faster menegaskan bahwa kedewasaan bukan tujuan akhir, melainkan perjalanan yang bisa dimulai kapan saja, dengan kesadaran dan komitmen untuk terus berkembang.


3. Ikigai: Rahasia Hidup Bahagia dan Panjang Umur Orang Jepang – Hector Garcia & Francesc Miralles

Temukan Di Sini!

Buku Ikigai mengeksplorasi salah satu konsep hidup yang diyakini berperan penting dalam kesejahteraan masyarakat Jepang: menemukan alasan untuk hidup. Melalui pengamatan terhadap gaya hidup masyarakat Jepang—termasuk mereka yang berusia panjang—buku ini mengajak pembaca memahami bagaimana tujuan hidup yang jelas dapat memberi makna, semangat, dan keseimbangan dalam keseharian.

Konsep Ikigai dijelaskan dengan mengaitkannya pada pemikiran psikologi seperti logoterapi Viktor Frankl dan terapi Morita, yang sama-sama menekankan pentingnya tujuan serta penerimaan emosi. Dengan bahasa yang mudah dipahami, buku ini membantu pembaca merefleksikan kembali apa yang membuat hidup terasa layak dijalani, sekaligus mendorong langkah kecil untuk terus bergerak menuju hidup yang lebih bermakna.


4. Buat Kamu yang Lelah Bersih-Bersih – Sayo Konishi

Rumah rapi itu nggak harus capek-capek banget, kok!

Temukan Di Sini!

Buku ini ditujukan bagi siapa pun yang merasa lelah, kewalahan, atau kebingungan setiap kali harus merapikan rumah. Sayo Konishi menegaskan bahwa berbenah bukan soal perfeksionisme atau tenaga ekstra, melainkan soal strategi yang realistis dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing orang. Rumah rapi bukan tujuan akhir, tapi sarana untuk menciptakan kenyamanan dalam hidup sehari-hari.

Dengan pengalaman lebih dari dua dekade sebagai konsultan berbenah, Sayo Konishi membimbing pembaca memilah barang, menyimpan dengan efisien, dan menata ruang tanpa tekanan. Buku ini menawarkan pendekatan yang praktis dan manusiawi, membantu pembaca menciptakan rumah yang tertata, fungsional, dan tetap terasa ringan untuk dijalani.


5. The Art of Law of Attraction – Brian Adam

Temukan Di Sini!

The Art of Law of Attraction membahas prinsip hukum tarik-menarik sebagai cara memahami hubungan antara pikiran, perasaan, dan pengalaman hidup. Buku ini menjelaskan bagaimana pola pikir dan keyakinan dapat memengaruhi arah hidup, baik dalam menciptakan peluang maupun menghadirkan tantangan. Dengan pendekatan yang sistematis, pembaca diajak mengenali bagaimana hukum ini bekerja dalam kehidupan sehari-hari.

Selain membahas potensi manfaatnya, buku ini juga mengulas dampak dan konsekuensi dari penerapan Law of Attraction secara tidak sadar. The Art of Law of Attraction berfungsi sebagai pengantar untuk memahami prinsip-prinsip dasarnya, agar pembaca dapat lebih bijak dalam menyikapi keinginan, harapan, dan tindakan yang membentuk hidup mereka.


Pelan-Pelan Menutup Tahun, Ada Year End Sale Menanti!

Di sela refleksi dan rencana yang perlahan disusun, mungkin inilah saat yang tepat untuk memberi ruang bagi diri sendiri, melalui cerita, catatan, dan hal-hal kecil yang menemani hari. 📝🌠

Selama 14 November hingga 31 Desember 2025, tersedia penawaran dengan potongan harga hingga 70% untuk buku, brand pilihan, agenda, serta kalender di Gramedia.

Tentu, penawaran ini bisa kamu pertimbangkan dengan tenang, selaras dengan ritme akhir tahun yang ingin dijalani. Tak perlu terburu-buru. Jika waktunya terasa pas, biarkan bacaan dan perlengkapan baru menjadi teman dalam menyambut hari-hari yang akan datang 🍃😃

Dapatkan Promonya Di Sini!


Baca juga: Mengenal Inner Child: Luka Lama, Suara Pelan yang Masih Kita Bawa Hingga Hari Ini


✨ Oya, jangan lupa juga buat dapetin penawaran spesial dari Gramedia! Cek promonya di bawah ini agar belanja kamu jadi lebih hemat! ⤵️