Bukan Senjata Api, 7 Senjata Tradisional Ini Bikin Penjajah Kalang Kabut

350 tahun meregang nyawa membela negara demi mendapatkan kemerdekaan tentu bukan hal yang mudah. Dentuman senjata musuh seolah menjadi musik yang biasa terdengar kala itu, sebagai tanda bahwa peperangan akan segera dimulai. Tanpa kata menyerah, rakyat Indonesia melawan. Tapi jangan kira kalau kala itu kita bersenjata remeh. Karena meskipun bukan dengan senjata api, Indonesia tetap ditakuti.

Terlihat tidak adil, namun pada kenyataannya Indonesia tetap berhasil memerdekakan negaranya. Nah ini dia 7 senjata tradisional asli Indonesia yang berhasil menakuti penjajah bersenjata modern takut kalang kabut.

1. Rencong

tse2.mm.bing.net

Serambi Mekkah memiliki banyak tokoh pahlawan nasional yang memimpin peperangan melawan para penjajah. Seperti Cut Nyak Dhien, Teuku Umar, Cut Meutia, dan masih banyak lagi. Di Aceh, mereka menggunakan rencong untuk menumpas para penjajah di tanah mereka. Mata rencong biasa dibuat melengkung dan berbentuk menyerupai huruf ā€œLā€. Rencong biasanya memiliki panjang berkisar 10- 50 cm. Kini rencong telah beralih fungsi menjadi cindera mata dan menjadi simbol keberkelasan seseorang di Aceh.

2. Keris

static.wixstatic.com

Lain halnya dengan rencong, keris justru dibuat tidak terlalu panjang. Namun yang unik dari senjata khas Jawa Tengah ini adalah ukiran gagangnya dan bentuk matanya yang meliuk-liuk. Sebab bentuknya yang meliuk, keris menjadi begitu menyakitkan bila tertancap karena dapat merobek isian tubuh. Ada sebuah fakta unik tentang keris, yaitu lekukannya yang harus selalu berjumlah ganjil. Kini Indonesia telah merdeka dan fungsi keris pun menjadi pelengkap busana daerah dalam upacara adat.

3. Golok

tkardinpisau.co.id

Kenal dengan si Pitung? Pendekar asal Betawi ini pernah ikut berperang melawan kolonial Belanda dengan menggunakan golok, senjata khas dari Betawi. Namun fungsi dari golok tidak berubah. Sejak dulu hingga kini, masyarakat Betawi masih mempergunakannya sebagai alat bela diri. Jika ia benar asli orang Betawi, barang tentu memiliki golok di rumahnya. Bahkan beberapa orang Betawi masih selalu menyelipkan golok di pinggangnya.

4. Kurambiak

4.bp.blogspot.com

Mungkin memang terlihat kecil dan tidak meyakinkan, namun masyarakat Minangkabau telah membuktikannya. Pada masanya mereka mengusir para penjajah dengan bersenjatakan kurambiak di sakunya. Fakta kerennya, kurambiak ini pernah digunakan dalam film The Raid. Kini kurambiak bahkan tidak hanya dikenal oleh masyarakat Minangkabau, tapi sudah terbang hingga ke Malaysia, Filipina, dan bahkan beberapa negara di Eropa karena bentuknya yang eksotik dan mirip dengan cakar macan.

5. Sumpit

Antara Foto

Bukan.. masyarakat Dayak bukan melawan penjajahan dengan menggunakan alat makan. Sumpit ini sebenarnya mirip dengan panah. Perbedaannya, sumpit digunakan dengan cara meniup anak sumpit yang sudah diletakkan di dalamnya. Para penjajah begitu takut dengan sumpit, sampai mereka menyebut bahwa menghadapi prajurit Dayak seperti sedang melawan hantu. Tanpa suara, para penjajah gugur tewas satu persatu akibat racun yang bereaksi dari anak sumpit. Racun ini sebenarnya berasal dari mata anak sumpit yang dioles getah pohon ipuh atau pohon iren.

6. Belati

3.bp.blogspot.com

Papua memiliki belati sebagai senjata tradisionalnya. Tidak begitu panjang, namun ketajamannya membuat penjajah tunggang langgang. Bila kebanyakan pisau tradisional dari berbagai daerah menggunakan logam, belati dari Papua menggunakan tulang burung Kasuari yang diruncingkan bagian ujungnya dihiasi bulu Kasuari pada ujung sebaliknya. Indah namun menyakitkan.

7. Bambu Runcing

Good News From Indonesia

Meskipun belum ada literasi yang jelas mengungkapkan dari mana asal mula bambu runcing, namun beberapa sumber mengatakan jika seorang ulama bernama Kiai Subchi yang juga merupakan guru besar dari pahlawan nasional Jendral Soedirman lah yang pertama kali memperkenalkan bambu runcing untuk dijadikan senjata melawan Belanda. Konon, bambu-bambu yang telah didoakan khusus oleh kiai Subchi dan dituliskan di atas bambu menjadi salah satu alasan menangnya prajurit Indonesia. Sama halnya dengan sumpit, kolonial Belanda menganggap bambu runcing sebagai pembunuh dalam keheningan.


Para penjajah mengakui bahwa mereka lebih baik ditembak dengan peluru dibandingkan dengan senjata-senjata hasil kreatifitas rakyat Indonesia. Karena menurut mereka, luka peluru masih bisa diobati, berbeda dengan senjata tradisional yang bisa membunuh perlahan, menyengsarakan, akibat infeksi dan luka yang dibuat perlu waktu lama untuk disembuhkan.