57 Tahun Joko Pinurbo dan Syair-syairnya yang 'Jenaka'

57 Tahun Joko Pinurbo dan Syair-syairnya yang 'Jenaka'

Selamat ulang tahun ke-57, salah satu penyair legendari Indonesia, Joko Pinurbo! Bagi para pecinta puisi, pastinya sudah tidak asing lagi dengan karya-karyanya bukan? Di usianya saat ini, beliau masih produktif melahirkan karya-karya baru.

Buktinya saja, belum lama ini beliau baru merilis novel perdananya yang berjudul Srimenanti. Karya-karya beliau pun dikenal sangat khas, memadukan unsur sosial, bernarasi dan diolah dengan humor serta ironis dan kerap menghasilkan kejenakaan tersendiri.

Seperti karya-karya pilihan Joko Pinurbo berikut ini. Gramedia Digital sudah menyiapkan tiga karya dari tiga buku Joko Pinurbo, yang dijamin akan bikin pecinta puisi manggut-manggut dan menertawai ironi kehidupan yang terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Selamat Menunaikan Ibadah Puisi

buku

Aku sangat kesepian setiap melihat kau asyik bercanda dengan topeng bayimu. Kok wajahku cepat tua dan makin mengerikan saja. Tapi kau berkata, “Jangan sedih, Pak Penyair. Bukankah wajah kita pun cuma topeng yang tak pernah sempurna mengungkapkan kehendak penciptanya?”

Puisi di atas adalah potongan dari puisi berjudul Topeng Bayi untuk Zela. Diambil dari buku Selamat Menunaikan Ibadah Puisi. Puisinya seolah membuat kita berpikir sejenak, namun tetap tersenyum kemudian.

Puisi-puisi jenaka yang akhirnya membuat kita tersenyum dan tak jarang menertawai hidup kita yang terasa dekat dengan puisi-puisi Joko Pinurbo. Di buku ini pembaca akan dimanjakan dengan karya-karya yang dibuat oleh Joko Pinurbo dalam rentang yang lumayan jauh, mulai 1989 hingga 2012.


Baca juga:


Buku Latihan Tidur

buku

"Selamat malam, Bu. Apakah di tengah
kemacetan ini kecantikan masih berguna?"
Ibunya tidak menjawab, malah berkata,
"Kemacetan ini terbentang antara hati
yang kusut dan pikiran yang ruwet.
Kamu dan negara sama-sama mumet."
Demi kemacetan tercinta ia rela menjadi tua
di jalan; ia rela melupakan umur.

Penggalan puisi diatas diambil dari puisi Kemacetan tercinta. Salah satu dari 45 puisi yang ada di Buku Latihan Tidur.

Seperti bukunya yang lain, semua pusisi di buku ini akan sukses membuat pembaca mesem-mesem sendiri. Yap, Joko Pinurbo selalu konsisten dengan kejenakaannya menyentil para pembaca.

Pusi ini berisikan karya yang ia tuliskan semala empat tahun, mulai 2012 hingga 2016. Dengan bahasa khas sehari-hari, isinya pun masih sangat Joko Pinurbo banget!

Surat Kopi

buku

Lima menit menjelang minum kopi,
aku ingat pesanmu: “Kurang atau lebih,
setiap rezeki perlu dirayakan dengan secangkir kopi.”
Mungkin karena itu empat cangkir kopi sehari
bisa menjauhkan kepala dari bunuh diri.

Sajak diatas potongan dari sajak berjudul Surat Kopi. Yap sama seperti judulnya. Lalu, siapa yang merasa tersentil dengan sajak tersebut? Hayo mengaku, beberapa dari kalian pasti ada saja yang tersenyum kecut karena tersentil dengan kata-kata Joko Pinurbo. Itulah sang legendaris, yang selalu sukses dengan keahliannya merangkai kata.

Untuk puisi atau sajak di buku Surat Kopi, akan terasa familiar. Karena beberapa isinya berupa sajak yang disunting atau dikembangkan dari cuitan Joko Pinurbo di Twitter. Isinya pun sudah dikurasi dalam rentang waktu mulai 2012 hingga 2014 lalu.


Dari tiga pilihan buku di atas, buku mana yang sekiranya mewakili perasaanmu? Atau justru ingin dibuatkan puisi khusus dari Joko Pinurbo?

Coba beri ucapan selamat dulu, siapa tahu ucapanmu yang anti mainstream, bisa jadi cikal bakal karya beliau selanjutnya!

Dapatkan buku-buku karya Joko Pinurbo di sini.


Enter your email below to join our newsletter