Pikiran, cerita, dan gagasan tentang buku dengan cara yang berbeda.

5 Wejangan Sapardi Djoko Damono untuk Mereka yang Ingin Berpuisi

5 Wejangan Sapardi Djoko Damono untuk Mereka yang Ingin Berpuisi

Pada 20 Maret 2019 lalu Sapardi Djoko Damono telah menginjak usia 79 tahun. Selama itu pula Sapardi menjadi salah satu penyair Indonesia yang kian diagung-agungkan karena puisi dalam buku-bukunya yang urung ditelan waktu.

Puisi ringan yang sarat akan makna menjadi salah satu hal yang membuat puisi Sapardi begitu membekas di hati pembacanya. Meski puisinya terlihat "ringan", dalam satu kesempatan, Joko Pinurbo pernah mengatakan bahwa puisi Sapardi memiliki permainan logika dari bahasa yang ringan tersebut.

Kemudian kita dibuat bertanya-tanya, apa sebenarnya yang membuat puisi Sapardi begitu nyaman untuk diterima sampai tertinggal di hati? Berikut beberapa saran atau tips dari Sapardi, untuk mereka yang ingin puisinya dapat dikatakan berhasil.

1. Buatlah Jarak

Saat sedang berpuisi, berilah jarak emosional diri dengan apa yang ditulis, Sapardi Djoko Damono menyebutnya dengan jarak estetis. Ketika sedang marah, Sapardi Djoko Damono tidak akan menulis puisi. Pun begitu ketika ia jatuh cinta atau merasa sedih. Ia akan membuat jarak dengan peristiwa yang menjadi sumber inspirasinya.

2. Dekatkan sajak dengan dunia sekitar

Bagi Sapardi Djoko Damono menulis puisi bukan perihal mengawang-awang atau melangit sampai membuat diri jadi sulit. Baginya, sastra diciptakan untuk dihayati, bukan dipaksakan untuk mencari arti. Cukup menyadari dan mencermati hal-hal sederhana yang ada di sekitar kita.

3. Kesamaran itu unik

Elemen penting dalam menulis puisi adalah menyatakan perasaan dengan samar-samar, sederhana, dan menyatukannya dengan alam sekitar. Untuk puisi, menjadi samar adalah unik. Puisi akan berhenti menjadi puisi jika ia dimaknai dengan gamblang.

4. Jangan tergelincir pada sajak gelap

Yang menjadi ujian bagi seorang penyair lirik atau puisi panjang adalah tergelincir pada sajak-sajaknya sendiri. Jangan sesekali sajakmu berjarak atau hilang kontak dengan pembacanya hingga kemudian menghasilkan sajak yang dibaca sekali habis.

5. Hindari plagiat karya sendiri

Adalah dosa besar bagi seorang Sapardi Djoko Damono jika seorang sastrawan meniru karyanya sendiri. Baginya hal ini akan membuat kreatifitas memendek bahkan jalan di tempat. Hal ini dimaksudkan agar penyair tak mengulangi karya yang serupa. Baca buku sebanyak-banyaknya, buka wawasanmu, perluas perbendaharaan katamu, karena puisi tidak semestinya tentang hal-hal yang serupa.

Menurut Sapardi Djoko Damono penyair ialah seorang pesulap yang akan menggiring pembacanya lewat kata-kata menuju makna tertentu. Satu-satunya cara untuk bisa menulis puisi adalah dengan membaca puisi. Bacalah puisi sebanyak-banyaknya, kemudian cobalah tulis milikmu sendiri.

Kita doakan, Sapardi Djoko Damono dapat terus produktif di usianya yang kian senja, agar tetap dapat mengabadikan serta menyelesaikan dahaga para penikmat puisinya.


Dapatkan antologi puisi dari Sapardi Djoko Damono dengan memesan buku-bukunya di Gramedia.com !


Sumber foto header: Sapardi Djoko Damono instagram


Meutia Ersa Anindita

Meutia Ersa Anindita

Content Writer for Gramedia.com

Enter your email below to join our newsletter